RSS

Sunday, March 4, 2012

SENJA DI KHATULISTIWA

Pandangan matanya tertunduk, entah apa yang ada di lantai yang memantulkan wajah malu dirinya. Aku juga sama hanya bisa tersenyum malu menatap lantai yang memantulkan wajah pink ku.
“Jadi?” Kata bunda membuyarkan ketegangan diantara kami. “Jadi pak, saya harap secepatnya” lanjut bunda.
“Iya bu, berarti tinggal nentuin tanggalnya dan menurut saya semakin cepat semakin baik.” Kata pak Daud ayah si lelaki.
“Menurut bapak gimana?” Tanya bunda kepada ayah yang dijawab dengan beberapa anggukan.
“Bagaimana kalo bulan depan, setelah Ramadhan” usul ayah.
“Insya Allah.” Jawab pak Danu.
******
            Seperti ombak detak jantungku, itulah yang kurasakan saat Hengki mengkhitbahku. Sesuatu yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya, Apakah ini rahmat atau cobaan dari Mu ya Rabb? ketika ku bayangkan betapa aku tidak pantas untuk bersanding dengannya membina keluarga. Aku juga tidak bisa menolak saat ia dan bapaknya datang kerumahku bahkan aku tidak bisa mengucapkan sepatah katapun hanya bisu memandangi lantai memantulkan wajah maluku. Apalagi kedua orangtuaku telah terpesona dengan kesantunan, kelembutan dan kearifan saat pria itu berbicara. Sehingga menurut kedua orangtuaku Hengki adalah calon menantu yang paling cocok bersanding dengan anak gadisnya.
            “Hufh…”sudah berapa kali aku menghembuskan nafas ini, entah perasaan bahagia, bingung atau takut semua campur aduk bagai gado-gado. Seharian pikiranku galau, tetap merasa diri ini tak pantas mendapat hadiah luar biasa. “Bangun Lia,bangun!!!” pintaku paksa pada diri yang terkulai diatas tempat tidur. Aku memaksakan diri bangun dari singasana terempuk menuju kamar mandi untuk berwudhu. “Hanya Dia yang dapat menolongku.” ujarku dalam hati.
Ya Allah ya Rabb yang Maha membolak-balikan hati, tetapkanlah hati ini, hanya untuk beribadah kepadMu, jangan biarkan hati ini ragu untuk mengambil keputusan yang Engkau ridhoi, tunjukkan yang terbaik untuk hambaMu ini. Hamba tidak ingin salah dalam mengambil keputusan. Apakah ini cobaan dari Mu? Jika menikah adalah cobaan dari Mu maka kuatkan pundak hamba untuk memikulnya dan Apabila ini adalah caraMu menyayangi dan untuk menjaga hamba agar semakin dekat denganmu, maka rahmatilah hamba dan berkahi keluarga yang akan dibina nanti agar menjadi keluarga yang selalu dibawah naunganMu.

Sore ini, aku memutuskan melihat sunset di tugu khatulistiwa karena disanalah tempat aku merenung ketika lagi sedih atau bahagia sambil memandangi sungai kapuas yang tak sejernih dulu lagi.
“Alhamdulillah, sepi” aku bersyukur karena biasanya aku miris melihat pasangan-pasangan muda yang seharusnya menjaga diri mereka. Mereka bilang mereka sama-sama cinta dan menjalin hubungan yang namanya pacaran setidaknya ini adalah masa penjajakan sebelum menikah. Cinta salah kaprah. Mereka sama sekali tidak mengerti apa itu cinta. Naudzubillah. Seandainya mereka tahu cinta sesungguhnya lebih indah dari cinta yang mereka rasa yaitu cinta kepada Rabb Maha Pecinta.
Senja di khatulistiwa sungguh indah, subhanallah hanya Dia yang Maha Cinta yang dapat menciptakan ini semua. Ya Allah senja hari ini sungguh beda, warnanya berbeda dengan yang kemarin, hari ini lebih jingga dan cerah. Sungguh mempesona keindahan bias jingga ciptaan Sang Pencipta. Aku terus berdzikir dinaungi senja yang memberikan ketenangan dan menghilangkan rasa tidak kepercayaan bahwa tadi malam aku dikhitbah oleh seorang jundi Allah. Pasti Allah sedang  menghiburku melalui senja di khatulistiwa.

Sudah sewajarnya setiap wanita yang akan menikah membaca buku tentang pernikahan karena mereka akan memulai hidup baru. Begitu juga denganku, memperbanyak membaca buku-buku seri keluarga agar keyakinan untuk menikah semakin mantap.  Tapi ada 1 hal membuat hatiku semakin mantap untuk menuju sakral suci itu yaitu hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Tirmidzi:
“Jika kalian didatangi oleh laki-laki yang kalian ridha akan agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Jika tidak kalian lakukan, maka akan terjadi fitnah dimuka bumi ini serta kerusakan yang luas” (HR. Tirmidzi dalam Kitab An-Nikah”

Aku terus saja bersholawat selesai membaca hadist ini. Rasulullah memang is the best, beliau telah memikirkan sedetail-detailnya untuk umatnya bahkan masalah memilih pasangan. Tidak salah jika menjadi idolaku karena hanya Rasulullah yang menuntunku pada kebaikan dan ketenangan hidup serta cara untuk meraih surga yang sangat luas dan indah dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

******
Seminggu menjelang ijab, degup jantung semakin kuat berdendang. Ya Allah, tanda apakah ini? Mengapa jadi nervous begini? What’s going on? Perasaan apa ini?. Kebingungan bahkan kepanikan serta ketakutan selalu menghantui selama seminggu ini. Aku takut, aku takut jika ini adalah godaan dari setan terlaknat. Apalagi langkah yang akan kuambil ini pasti lebih terjal jalannya dan lebih curam jurangnya. Ya Allah, kuharap ini bukan setan tapi anugerah darimu agar aku menyempurnakan imanku.
Tok…tok…tok….Assalamualaikum” terdengar ketukan dan salam dari luar pintu kamarku, suara lembut yang tidak asing, suara bundaku.
“Waalaikumsalam warohmatullahi wabaroatuh” jawabku sembari berjalan membuka pintu.
“Bunda boleh masuk?”
Aku tersenyum sebagai tanda bunda boleh masuk kekamarku. Dari wajah bunda aku yakin ada hal penting yang ingin bunda diskusikan denganku. Sudah menjadi kebiasaan dirumah selalu musyawarah sebelum mengambil keputusan sehingga tidak ada yang merasa dirugikan.
“Begini sayang…” bunda mulai membuka pembicaraan. “Ngga terasa seminggu lagi kamu udah jadi istri orang, tanggung jawabmu juga tambah besar. Engkau tidak lagi mempunyai satu keluarga yang harus dijaga nama baiknya tetapi amanahmu bertambah dua keluarga, keluarga kita, keluargamu dan keluarga suamimu”.
“Iya bunda.” Aku merubah posisiu. Kuletakkan kepalaku diatas pangkuan bunda.
“Bunda ingin engkau kelak menjaga kehormatan tiga keluarga ini apalagi keluargamu karena kehormatan keluarga terletak pada seorang istri. Jadilah istri yang sholehah dan buatlah suami selalu ridho padamu” lanjut bunda.
Aku mengangguk dan menatap wajah bunda yang penuh kasih menesehati putri kesayangan kesayangannya.
“Oh ya…bunda mau memberi sesuatu untukmu”.
“Apa bunda?” tanyaku dengan rasa penasaran bangun dari pangkuan bunda.
“Nih” bunda memberiku sebuah kotak berwarna pink yang diikat dengan pita pink, apik sekali.
“Boleh lia buka?” tanyaku, dibalas dengan anggukan bunda.
Subhanallah, Alhamdulillah, isinya sebuah kebaya putih. Cantik sekali. Lengan tangannya panjang, panjang baju hingga lutut dihiasi dengan payet-payet mengkilap. Baju pengantin yang syar’i, insya Allah tidak tembus pandang walaupun kain bordir putih tetapi dalamnya ada kain putih lagi. Agak kebesaran sih, tapi no problem. Kalo agak besar bentuk dan liku-liku tubuhku jadi tidak nampak.
“Terima kasih bunda, subhanallah indah sekali” ujarku kagum.
“Baju itu memang bunda pesan khusus untuk putri kesayangan bunda”.
Aku memeluk tubuh bunda yang duduk tepat didepanku “Terima kasih, bunda” Bisikku.
“sama-sama” jawab bunda.

                                                ******
Akad nikah tinggal dihitung jam. Jam tiga malam berarti tinggal 5 jam lagi karena rencana akad nikahku akan dimulai jam delapan pagi ini. Solat malam dan tilawah cukup menenangkan hati membuatku mantap untuk menatap esok. Alhamdulillah semakin dekat waktunya, semakin hilang kecemasan, keraguan dan ketakutan yang kurasa seperti perasaan kala senja di khatulistiwa.

(This story is dedicated to my best friend, Barokallah, jangan pernah ragu)

0 comments:

Post a Comment