RSS

Sunday, May 18, 2014

Mencintai Dalam Diam

Kisah cinta Ali dan Fatimah adalah kisah cinta yang mungkin tidak   seromantis kisah cinta Romeo dan Juliet, tidak setragis kisah cinta Siti Nurbaya dan Samsul Bahri, ataupun cinta yang membuat gila seperti kisah Qais dan Laila. Tapi yang indah dari kisah Ali dan Fatimah adalah mencintai dalam diam, mencintai dalam ketaatan. Jika membaca shirah sahabat, bukan hanya Ali yang ingin meminang Fatimah. Sahabat yang paling dihormati dan ditakuti Umar bin Khatab pernah melamar putri bungsu Rasulullah SAW ini. Begitu juga Sahabat yang paling dermawan, Ustman bin Affan. Kedua orang yang dijanjikan sebagai penghuni surga ini ditolak. Mendengar keduanya ditolak, Ali bin Abi Thalib merasa tak percaya diri. Ali tak sekuat Umar dan Ali tak sekaya Ustman. Jadilah, Ali hanya berani mencintai dalam diam. Suatu hari, dalam lingkaran iman bersama para sahabat, ada yang menggoda. Mereka terus mendorong Ali untuk datang menemui Sang Nabi dan meminang putri kesayangan Beliau. Siapa yang menyangka, pinangan Ali diterima.
Diatas hanya sepenggal kisah Ali dan Fatimah. Kisah cinta luar biasa yang patut diteladani. Kisah cinta yang membangun iman, bukan kisah cinta yang membangun angan-angan. Beranikah kita mencintai dalam diam? Membangun cinta dalam keimanan? Menjaga diri hingga halal untuk seseorang yang datang meminang tanpa melalui proses pacaran. 
Hidup kita tak akan pernah seperti drama yang ditanyangkan di televisi. Jadi jangan pernah bahagia, saat datang kepadamu seorang laki-laki yang mengajakmu pacaran dan hanya memberi angan-angan. Seorang laki-laki yang membuatmu terpesona dengan kata-kata pujiannya. Pernahkah kamu berpikir, jika dia berani memujimu pastilah dia pernah memuji wanita lain juga. Jika dia mengatakan sayang padamu, pastilah bukan engkau seorang yang mendapat ungkapan sayang.  Begitu juga laki-laki, bangga kalau mendapat wanita yang diinginkan hanya karena mempunyai wajah cantik dan bodi aduhai. Memilih untung memandang yang haram daripada menjadikannya halal. Pernah kau berpikir? Salah satu penyebab perceraian terjadi adalah tidak kokohnya benteng rumah tangga karena mantan-mantan pacarmu yang tiba-tiba bertemu atau muncul dalam pembicaraan. Sebuah percakapan dengan teman tentang cewok mana yang dipilih sicewek.
"Kisah drama yang menyedihkan" kataku saat menonton. "Kok?" kata temanku bingung. "Wanita miskin kok direbutkan sama dua laki-laki kaya, ngga masuk akal lah. Udah itu sampe segitunya lagi...berusaha merebut hati si cewek agar mau jadi pacarnya?". "Kalo menurutmu sicewek akhirnya dengan siapa?" tanya temanku. "mending sicewek jadi cewek JOSH" jawabkku. "JOSH?" tanya temanku.
Khusus jombloer, mengapa kalian membimbangkan jodoh yang tak kunjung datang hingga memutuskan untuk mencari dengan cara yang salah. Apakah kalian tidak percaya dengan takdir Allah? tidak percaya bahwa Allah telah mempersiapkan pasangan yang tepat untukMu. Seperti kata-kataNya dalam Q.S Ar-Rum yang selalu dikutip dalam undangan pernikahan. Dia telah menciptakan pasangan dari jenismu supaya kamu cenderung merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya rasa kasih  dan sayang. Jika kita merenungi ayat ini maka kita tidak akan berani mencoba-coba dengan membangun komunikasi yang memungkinkan setan menyisipi kata-kata yang membuat zina hati hingga zina-zina lainnya.
Mengapa kau tidak memilih JOSH alias JOmblo Sampai Halal. Mencintai dalam diam tapi pasti daripada mencintai dengan terang-terangan namun penuh angan-angan. Percayalah, jodohmu tak akan tertukar. Tulang rusukmu pasti telah dipersiapkan. Hanya saja menantilah dalam diam, dalam ketaatan. Ikhtiar dilakukan dengan cara yang baik. Jangan pernah memberi harapan yang belum bisa kau lakukan. Karena dia yang kau cintai secara terang-terangan belum tentu kelak akan menjadi pasanganmu yang halal. Kau tidak pernah tahu apa yang Allah siapkan untukmu. Jodohmu mungkin tetanggamu, jodohmu mungkin sahabat baikmu, jodohmu mungkin seseorang yang baru kau temui, jodohmu mungkin teman kantormu, dan jodohmu mungkin masih menunggumu, mencintaimu dalam diam. Persiapkan diri hingga si dia yang ditakdirkan akan menjadi teman sejati yang halal bagimu. 



Saturday, May 17, 2014

Sandal Aisyah


Aisyah berjalan pincang. Mengelilingi persimpangan lampu merah. nyeker, tanpa alas kaki. Ia terduduk, melihat telapak kaki yang merah terkelupas karena bergesekan dengan aspal panas. Ia meringis sakit karena perih. Rasanya ingin teriak, meraung cengeng seperti anak-anak seumurnya.  Namun hal itu tidak mungkin, hanya isak kecil dan tetes air mata menahan sakit yang keluar. Aisyah harus tegar demi mengejar setoran.
            Ia duduk di trotoar untuk menghitung uang hasil mengamen. "cuma tujuh ribu dua ratus" lirihnya. Lagi-lagi ia mringis meringis. Perih. Tapi ia usahakan untuk berdiri "Aku harus ngamen lagi agar bisa dapat diatas tiga puluh ribu. Tiga puluh ribu untuk setoran dan sisanya aku bisa nabung untuk beli sandal" katanya dengan suara parau menahan perih kakinya.
            Tiga puluh ribu adalah setoran yang harus didapat oleh si kecil Aisyah. Ia tak berharap barbie. Ia juga tak ingin baju baru. Ia hanya perlu sandal sebagai alas kaki. Dulu, Aisyah mempunyai sepasang sandal. Sandal jepit bergambar bunga-bunga. Sandal itu hadiah dari ibunya. Tapi sandal itu telah hilang terbawa arus sungai. Setiap melihat seorang anak yang memakai sandal jepit bunga-bunga, Aisyah sedih dan teringat hadiah terakhir ibu sebelum meninggal.
            Aisyah adalah anak yatim piatu. Ibunya baru sebulan meninggal dan ayahnya meninggal saat ia berumur setahun. Tak lama ibunya meninggal, kampung Aisyah dilanda banjir dan menghancurkan rumah kecilnya. Entah bagaimana ia bisa terpisah dari rombongan pengungsi dari kampungnya. Tapi kini ia hidup bersama anak-anak jalanan yang ditampung Bang Amat.
            Di sebuah rumah tua berantakan dan tak berpenghuni, Aisyah tinggal. Rumah yang dipagari ilalang tinggi dan lumut yang hampir menutupi seluruh dinding menawarkan hawa kengerian bagi yang melihatnya. Tak ada yang berani mendekat kecuali Bang Amat, sekutunya dan anak-anak jalanan yang dipekerjakan.
            Aisyah berdiri lagi. Kakinya telah di kompres dengan es batu. Kini ia menggunakan kantong kresek yang dipungutnya ditong sampah jalan. Ia membungkus kedua kakinya dengan kantong kresek sebagai pengganti alas kaki. Kemudian kembali berkerja menuju simpang-simpang lampu merah dan bernyanyi.
            Memang nasib menjadi anak jalanan. Pandangan buruk banyak ia dapatkan. Bahkan lebih parah, meskipun ia mengamen tapi statusnya sering disamakan dengan pengemis. Orang-orang dijalan hanya menganggap Aisyah berpura-pura membungkus kaki agar dikasihani. Tak sedikit mengatakan ‘tidak’ dan pura-pura tidak melihat. Namun ia tetap tersenyum meski ditolak. Terus berjalan mengamen tanpa alas kaki demi setoran, uang makan dan membeli sandal jepit bunga-bunga.
            "Ibu, mengapa engkau pergi dengan cepat? Maafin Aisyah ya bu, tak bisa menjaga sandal jepit bunga-bunga hadiah terakhir ibu, semuanya hanyut terbawa arus sungai" Ujar Aisyah sedih ketika melihat seorang anak menggunakan sandal seperti miliknya sedang bercengkrama bahagia dengan sang ibu. Aisyah ingat benar, saat arus sungai yang kuat menghancurkan kampung termasuk rumah dan menghanyutkan sandal jepit kesangannya. Untungnya ia selamat dan seorang preman bernama Amat menemukannya.
****
            Terseok-seok Aisyah berjalan menelusuri gang-gang dan perkampungan kecil di pinggir sungai. Terkadang ia singgah di salah satu tangga yang digunakan warga untuk turun ke sungai. Duduk dan makan ditangga sambil merendam telapak kakinya yang pecah-pecah penuh luka. Air sungai cukup meredakan sebentar keperihan yang dirasakan olehnya.
            Dirumah tua yang kotor dan lantai dengan hamparan kertas-kertas kardus, bang amat dan anak buahnya telah menanti. Telah antri teman-teman yang senasib dengan Aisyah. Masing-masing menyerahkan setorannya. Dan suara bentakan bang amat kerap terdengar jika mereka membawa setoran kurang atau ada yang mencoba menipunya.
            "Aisyah, sini sayang" panggil bang Amat. "Mana setorannya" lanjutnya ramah dan semua tahu itu akan jadi amarah jika setoran kurang.
            Aisyah dengan takut-takut maju mendekati bang amat. Dikeluarkannya kantong berisi uang receh dan beberapa ribuan. "Ini bang" kata Aisyah sambil menyerah kantongnya.
            Bang Amat menghitung uang setoran Aisyah. "Hei, aku heran dengan kamu, Aisyah" ujarnya.
            "He..heran kenapa bang?" tanya Aisyah gugup, takut bang Amat mengamuk.
            "Mengapa setoran uangnya pas, mana lebihnya. Kau sembunyikan ya.." bang amat berkata curiga. Di perhatikannya dengan seksama Aisyah. Hingga dilihatnya kaki Aisyah yang lecet.
            "Se..sebenarnya ada lebih se..sedikit bang. Tapi aku ingin beli sa..sandal jadi u..uangnya a..aku ta..tabung" jawab Aisyah ketakutan. Ibu mengajarkan Aisyah untuk selalu jujur. Kata Ibu jika kita jujur maka kita akan selamat.
            Bang Amat mengangguk. Ia diam dan berpikir. Raut mukanya tidak tampak wajah marah seperti dibohongi atau mendapat setoran yang kurang. Tapi diluar dugaan Aisyah, bang Amat malah menyuruhnya terus nyeker agar orang-orang lebih iba dan hasil yang didapat lebih banyak. "Mengapa kau tak terus saja menyeker seperti ini. Sandal akan menghambat kau mendapatkan uang. Sini, beri aku uang tabunganmu" katanya.
            "Ti..tidak bang. Aku ingin membeli sandal yang sama dengan sandal yang dibelikan oleh ibuku" kata Aisyah. Akhirnya ia berani membantah bang Amat.
            Mendapat penolakan dari Aisyah, bang Amat memanggil tangan kanannya untuk mengawasi Aisyah. Mencari dimana uang tabungan yang disimpan oleh Aisyah. Ia tak mau meminta secara paksa karena Aisyah adalah anak baru. Ia khawatir jika ia membentak Aisyah akan kabur. Dan itu mengurangi pendapatanya.
            "Oh, kau masih punya ibu rupanya" kata bang Amat. Dia memang tidak tahu mengenai asal-usul Aisyah. Ketika ia menemukan Aisyah yang tekatung dijalan, ia hanya menawarkan Aisyah tempat tinggal dan makanan. Aisyah yang baru berumur sepuluh tahun merasa senang karena bisa punya tempat tinggal dan makan. Tapi dia tak pernah menyangka akan disuruh bekerja di jalanan.
            "Ibuku sudah meninggal bang. Tapi meskipun ibu telah tiada tapi ia tetap hidup dalam hatiku" ujar Aisyah dengan rasa takut yang telah diusirnya, menunjuk dadanya meyakinkan bang amat bahwa ibu selalu hidup dalam hatinya.
            "Baiklah. Tidur sana kau" perintah bang Amat. "Jangan lupa sebelum tidur, kompres kakimu. Supaya besok, kau tetap bisa bekerja" lanjutnya.
            Seperti biasa gedung tua tempat Aisyah bernaung riuh. Meskipun begitu, cahaya lampu yang remang dan udara yang lembab memanjakan anak-anak lainnya untuk tertidur pulas. Semua tidur karena kelelahan. Yang terdengar hanya suara gombalan bang Amat yang menelpon kekasihnya dan suara ribut anak buah bang Amat yang mabuk. Suara dengingan nyamuk di telinga dan decakan cicak juga turut meramaikan pendengran Aisyah. Belum lagi dengkuran anak-anak yang sangat kelelahan seharian mengelilingi lampu merah. Semua mengalun menjadi satu simponi gedung tua berlumut.
             Aisyah tak dapat menutup mata. Bukan karena kakinya yang perih tetapi uang tabungan yang ia tabung selama sebulan sudah cukup untuk membeli sandal. Ia dan Farhan, temannya, telah merencanakan pelarian diri saat uang Aisyah telah cukup untuk membeli sandal jepit. Mereka tahu siasat bang Amat dan lambat laun uang tabungan itu akan dirampasnya.
****
             Pagi ini hujan gerimis menyertai. Semua anak jalanan sudah siap bertugas. Meski mata masih mengantuk dan badan yang ingin lebih lama bermalas-malasan, namun rasa takut pada bang Amat dan sekutunya mengalahkan semuanya. Mulut yang terus menguap dengan berjalan agak lunglai, mereka turun menelusuri gang-gang dan perkampungan kecil menuju lampu-lampu merah. Tak ada yang berani singgah atau berbelok arah karena anak buah bang Amat sigap mengawasi.
            Malam tadi, ketika semua telah tertidur, Aisyah dan Farhan bangun untuk membuat rencana. Tak ingin seperti ini selamanya. Tak ingin jadi gelandangan. Tak ingin jadi anak jalanan. Sudah cukup mereka merasakan hidup bagai neraka. Menerima celaan dan meminta rasa iba atas penderitaan yang dirasakan. Menghadapi skeptisme orang-orang yang kadang mengira mereka mau mencuri.
            “Sah, nanti aku akan mengalihkan perhatian bang Samsul dan bang Jaka. Saat mereka mengejarku, engkau cepat-cepat kabur. Kamu masih ingat tempat untuk bersembunyi yang waktu itu aku tunjukkan?” jelas Farhan. Farhan telah menganggap Aisyah seperti adiknya. Umur mereka terpaut lima tahun.
            “Iya bang” jawab Aisyah mengerti. “Nanti kita bertemu dimana?” lanjutnya bertanya.
            “Tempat yang aman. Rumah Allah. Kau beli saja sandal jepit bunga-bunga yang kau inginkan di toko dekat terminal. Aku pernah melihatnya dipajang disana. Setelah itu, pergilah keselatan. Disana ada sebuah masjid. Hanya di sana kita aman” jawab Farhan.
****
            Aisyah mencoba berbelok. Ada rasa takut dan ragu. Tapi keyakinan untuk kabur hari ini lebih tinggi dari rasa takut tersebut. Mencari celah agar terhindar dari pandangan para anak buah bang Amat yang terus mengawasinya. Sulit baginya untuk bergerak karena kali ini bang Samsul dan bang Jaka ekstra mengawasi Aisyah. Mereka telah menerima perintah dari bang Amat untuk mencari tahu dimana anak kecil itu menyimpan uang tabungannya.
            Tapi mereka terkecoh oleh Farhan. Aisyah  berhasil menyusup ke perkarangan salah satu warga yang Farhan tunjukan. Sedangkan, Farhan terus mengalihkan dua preman dengan berlari secepat mungkin. Dasar preman bodoh. Mereka lupa tugas utama mengawasi Aisyah. Mereka fokus pada Farhan yang kini juga telah hilang, bersembunyi kedalam tempat sampah.
            Aisyah merunduk bersembunyi diantara pagar dan gundukan karung pasir. Badan yang kecil memberi keuntungan baginya saat anak-anak buah bang Amat sadar mereka kehilangan Aisyah. Mereka kembali mencari Aisyah. Asiyah lebih penting dari Farhan. Jika besar Aisyah bisa menghasilkan uang yang lebih banyak lagi disbanding Farhan.
            Masih terdengar gema dari suara kedua pria besar memanggil nama Aisyah. Namun Aisyah tetap bertahan di persembunyianya hingga suara itu menghilang. Aisyah bangun dari persembunyiannya dan melihat sekeliling, mengecek apakah bang Samsul dan bang Jaka masih berada di sekitar ia bersembunyi. Situasi aman terkendali. Mereka telah pergi.
            Kaki yang masih perih kini hanya terasa seperti digigit serangga. Senyum merekah dibibir mungil Aisyah. "Aku berhasil" katanya. "Aku berhasil" kata Aisyah lagi dengan ekspresi yang lebih bahagia. Sifat anak-anaknya muncul kembali. Aisyah melompat-lompat. Aisyah menari. Aisyah tertawa dan tak berhenti bersyukur mengatakan bahwa ia berhasil. Hingga pemilik rumah terbangun dan mengusirnya.
            Aisyah terus berjalan menuju terminal. Tujuannya pertamanya adalah sebuah toko didekat terminal. Toko itu menjual sandal jepit bunga-bunga seperti yang dikatakan Farhan. Ia membeli sandal dengan motif bunga-bunga yang ternyata tinggal satu. Meskipun agak besar dan tak sama dengan sandal jepit yang diberikan oleh Ibu tapi Aisyah bahagia dia telah berhasil membelinya. Sandal jepit bunga-bunga yang memotivasinya untuk bertahan meski hidup sebagai anak jalanan.
            Kini tujuan berikutnya adalah masjid. Hanya masjid yang tak pernah dikunjungi bang Amat dan sekutunya. Dengan senyum merekah dan sepasang sandal jepit bunga-bunga baru, Aisyah berjalan. Di mesjid sebelah selatan terminal, Farhan telah menunggu

Antara IPK dan Aktif di Organisasi


Saat belajar bersama di kost, seorang adik yang juga salah satu penghuni kost bertanya tentang apa yang lebih penting IPK atau aktif di organisasi di kampus. Suatu hal yang membingungkan dan hal ini biasanya dirasakan oleh semua mahasiswa baru. Ada kegalauan antara harus belajar dengan giat agar IPK bagus atau aktif di organisasi. Bagi mereka dunia kampus adalah berbeda. Saatnya mereka melepas seragam putih abu-abu dan mulai mencari jati diri.
            Belajar pada tingkat universitas khususnya tingkat S1, kita akan dihadapi dengan kuliah dan organisasi. Ketika dibangku SMA, nilai selalu jadi prioritas utama dan organisasi hanya menjadi kegiatan tambahan bagi siswa. Hal ini berbeda dengan aktifitas di universitas dimana sering terjadi ketimpangan antara kuliah dan organisasi. Akibatnya banyak organisator yang drop out dan banyak juga mahasiswa yang kelak canggung turun kemasyarakat karena kurang berpengalaman dalam bersosialisasi.
            Memasuki dunia kampus, mahasiswa baru akan diperkenalkan dengan berbagai macam organisasi baik dari internal kampus maupun dari eksternal kampus. Mulai dari organisasi yang bergerak di politik, akademik, keagamaan, ekonomi, sosial, seni, budaya, penyiaran, tulis-menulis, pencinta alam dan lingkungan. Mahasiswa bebas memilih organisasi yang mereka minati. Dan mereka juga berhak memilih untuk tidak bergabung dengan organsasi apapun.
            Tawaran untuk bergabung dalam organisasi saat memasuki ranah kampus akan terus mengalir. Bukan hanya ketika kita baru menjadi mahasiswa, tetapi ketika sudah menjadi senior tawaran itu tetap ada. Tidak semua organisasi itu buruk karena yang buruk adalah bagaimana manajemen diri kita. Dan tidak semua mahasiswa yang bergabung dalam organisasi akan memperoleh IPK nasakom (nilai satu koma) atau menjadi anggota MPK (Mahasiswa penghuni kampus). Banyak juga mahasiswa berprestasi namun tetap gigih organisasi. Kembali pada manajemen diri dan motivasi diri.  Dua hal ini adalah kunci sukses dalam penempaan diri baik.
            Kampus sering dianalogikan sebagai miniatur kecil dari negara. Oleh karena itu bergabung di organisasi dianjurkan untuk mahasiswa. Organisasi tidak saja menampung minat, melaksanakan event atau kegiatan tetapi organisasi juga secara tidak langsung mengajarkan mahasiswa berpolitik. Di organisasi, mahasiswa juga belajar bersosialisai dengan mahasiswa lainnya baik pada tingkat program studi, fakultas maupun universitas. Organsasi juga dapat menjadi modal ketika terjun di masyarakat, terutama organisasi eksternal kampus yang biasanya melakukan kegiatan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Banyak yang dipelajari di organisasi tetapi tidak kita dapat di ruangan kelas saat proses perkuliahan terjadi.
            Sayangnya ketika bergabung dalam organisasi, mahasiswa sering menomorduakan kuliah. Meskipun pada awal masuk tujuan utama adalah kuliah, namun organisasi terkadang dapat berubah menjadi prioritas saat telah bergelut didalamnya. Banyak yang lebih suka berkumpul untuk rapat dari pada masuk kelas mengikuti kuliah. Ketimpangan ini membagi dua jenis mahasiswa. Jenis yang pertama adalah mahasiswa kupu-kupu. Kupu-kupu berarti kuliah-pulang dan kuliah pulang. Sebuah analogi untuk mahasiswa yang fokus kuliah. Jenis yang kedua yaitu mahasiswa kura-kura. Kura-kura berarti kuliah-rapat, kuliah-rapat. Jenis yang ini menganalogikan mahasiswa yang sibuk antara kuliah dan organisasi. Jenis kura-kura inilah yang terkadang memprioritaskan organisasi dan terkadang lebih mengutamakan rapat daripada kuliah.
            Kembali ke pertanyaan awal apakah yang lebih penting IPK atau organisasi. Seberapakah penting IPK? Dan seberapa penting organisasi? Dua pertanyaan ini seharusnya menjadi pertanyaan dasar yang harus diajukan pada diri kita. Hal ini diharapkan agar tidak terjadi ketimpangan tetapi keseimbangan antara kedua hal ini. IPK bagus, lulus tepat waktu dan organisasi OK.
            Motivasi dalam melakukan sesuatu dapat menjadi alarm yang mengingatkan ketika ketimpangan itu terjadi. Apa motivasi awal kita kuliah? Apa motivasi kita mengikuti organisasi? Kedua motivasi antara kuliah dan organisasi haruslah jelas. Contohnya kuliah, ada yang awalnya mempunyai motivasi kuliah untuk mendapatkan pekerjaan lebih baik sehingga kita belajar keras agar dapat masuk di program studi yang kita minati dan terus belajar agar IPK tinggi dan lulus tepat waktu. Sedangkan contoh dari motivasi mengikuti organisasi yaitu ingin menjalin relasi yang lebih luas dan menambah pengalaman. Selain motivasi yang berasal dari diri sendiri, ada motivasi yang datang dari lingkungan kita yang disebut dengan motivasi ekstrinsik. Motivasi ini biasanya berasal dari keluarga yaitu orang tua. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya berhasil. Dan terkadang keberhasilan itu diukur dengan lulus tepat waktu dan IPK yang baik.
            Kesimpulannya, tidak ada pilihan yang tidak beresiko. Motivasi dan manajemen diri menjadi solusi dari resiko tersebut. Manajemen diri yang baik dan motivasi yang kuat  akan menjadikan kita mahasiswa hebat. Sedangkan keraguan-raguan antara IPK dan organisasi dapat menjadi penghambat kesuksesan. Lagipula untuk memperoleh beasiswa atau suatu pekerjaan, bukan hanya IPK yang menjadi syarat tetapi juga pengalaman berorganisasi. Organisasi melatih kita menjadi pemimpin sedangkan prestasi di proses perkuliahan akan memperluas keilmuan. Mengutip status FB-nya motivator muda Setia Furqon Kholid:
Kuliah, jangan sekedar kuliah
Kuliah harus punya gairah
Nggak sekedar lelah
Atau menggugurkan tanggung jawab dan rasa bersalah
Harus ada tujuan disana
Harus ada manfaat disana
Harus ada karya disana
Karena kita dikenal, bukan dari seberapa panjang gelar yang dipasang
Tapi seberapa mampu mempertanggungjawabkan ilmu yang berkaitan dengan gelar yang disandang
Ijazah sarjana bukan artinya jalan tol untuk mudah bekerja
Tapi sejatinya nya amanah untuk jadi orang yang berguna
Toga dikenakan bukan puncak kesuksesan
Karena hakikat sukses sejati saat kita diwisuda di akhirat sana
Tak seperti nilai di dunia yang masih bisa diubah
Namun sejatinya, di akhirat parameter kesuksesan diukur
dari seberapa benar dan baik kita menjalani hidup di dunia
Semoga kita bisa menjadi mahasiswa yang sukses,
bukan hanya di dunia, tapi juga selamat di akhirat.
Aamiin

Malas???

Bingung mau nulis apa. Tapi pengen nulis. Ini akibat telah lama ngga nulis. 2 tahun ngga berkarya, ngga buat tulisan, ternyata melemahkan syaraf otak untuk menulis. What a worse!!! Habit, habit and habit. Kata ustadz. Felix jika ingin membentuk habit yang baik harus dengan repetisi alias pengulangan. Tapi... yang nama ngulang itu ada penyakit yang selalu mengikuti, penyaki M-A-L-A-S. Penyakit ini yang sering menghinggapi dan susah sekali untuk diusir. Hus..hus..malas pergilah.. (seandai malas itu kucing). :)
Padahal, Allah SWT selalu mengingatkan didalam QS. Al-Hasyr (59) ayat 18, yang isinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Pertama kali terenyuh dengan ayat ini saat pertemuan membahas dakwah sospol di kampus, tepatnya di fakultas hukum. Seorang senior membacakan ayat ini sebagai pembuka presentasinya. Yup... hendaklah kita memperhatikan apa yang kita perbuat untuk hari esok. Meskipun redaksi terjemahan surat tersebut yang dimaksud hari esok adalah akhirat, tapi menurutku tergantung NIAT. Apapun yang kita niatkan untuk Allah, maka akan berinvestasi untuk akhirat.

Hus Malas...Pergilah jauh-jauh dariku dan dari sahabat-sahabatku yang baca tulisan ini. Oh ya..selain motivasi Akhirat, sang Nabi juga telah mengajari kita Do'a pengusir malas. Bagi yang rajin membaca Al-Matsurat pagi dan petang pasti penyakit malas ngga  menjadi penyakit akut. Doanya mudah kok..
Allohumma inni a'udzubika minal hammi wal hazan, wa a'udzubika minal 'ajzi wal kasal, wa a'udzubika minal  jubni wal bukhlii, wa a'udzubika min ghalabatid dayni wa qohrir rijaal.
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa gelisah dan sedih, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan bakhil, dari tekanan hutang, dan kesewenang-wenangan orang.(HR. Bukhari)
So..so..masih Malas. Jangan jadikan rasa malas sebagai penyakit akut... And for me!!! Ganbate!!! Thesis must be done asap!!!