RSS

Wednesday, October 15, 2014

Between Want & Need

Aku ingin begini
Aku ingin begitu
Ingin ini Ingin itu
Banyak Sekali... (ost Doraemon)

Seandainya aku punya kantong ajaib, semua..semua dan semua pasti dapat dikabulkan. Seperti Nobita dan kantong ajaib doraemon. Tapi..sayangnya hidup tak selamanya seperti keinginan Nobita. Kantong Ajaib tak selamanya mewujudkan apa yang diinginkan Nobita. Meskipun Nobita mendapatkan what he wants, tetapi terkadang yang diinginkan bukan membawa kebahagian malah sebaliknya kerugian dan malapetaka.

Antara keinginan dan kebutuhan hanya ada garis tipis yang disebut dengan nafsu. Jika kita dapat mengendalikan nafsu tersebut maka tidaklah susah membedakan mana yang kita inginkan atau kita butuhkan. Namun terkadang kita lebih sering menuruti keinginan daripada kebutuhan. Alhasil kita menjadi budak nafsu. Disinilah berpedaan manusia dan hewan. Hewan hanya memiliki nafsu sedangkan manusia memiliki keduanya akal dan nafsu. Jika kita telah menjadi budak nafsu, itu berarti kita sama dengan hewan.

Saya sering sekali mendapatkan pertanyaan bagaimana cara membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Sebenarnya yang bisa menjawabnya adalah diri kita sendiri, kata saya. Tapi simpelnya, kalo kamu ingin sesuatu kamu pikir dulu..apakah akan mati jika tidak dapat yang kita inginkan? Jika jawabannya YA, itu berarti keinginan telah menjadi kebutuhan. Tetapi jika jawabannya TIDAK, itu berarti nafsu. At least, that's my way to know between want and need. Bagi saya kebutuhan itu jika tidak terpenuhi akan mengancam kehidupan, antara hidup dan mati. Tapi keinginan jika tidak dipenuhi kita masih tetap hidup. One more, jika keinginan terus diikuti maka kita tidak akan pernah puas. Caranya... jadikan apa yang kita inginkan menjadi reward dalam berusaha. Setidaknya,kita mengubah keinginan menjadi motivasi. Dan saya biasa melakukan hal ini untuk meredam permintaan keponakan-keponakan saya tercinta. Memang sih, efeknya bakal jelek..membuat mereka terbiasa melakukan sesuatu dengan pamrih. Ya..untuk saat ini, itulah win-win solution untuk menangani permintaan anak-anak kecil yang memaksa.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            





Mamak dan Bapak

20 September 1974 hari dimana semua bermula. Hari disaat Bapak menikahi Mamak. 40 tahun ternyata kedua orangtuaku hidup bersama. Manis pahit kehidupan telah dirasakan oleh keduanya. Hidup bersama selama 40 tahun ternyata tidak menghilangkan kemesraan yang hadir diantra keduanya. Kehangatan keluarga yang dibangun bersemi dalam kehangatan yang hingga saat ini dapat dirasa. Semoga langgeng hingga ke surga ya Mamak dan Bapak. :)

Selama 40 tahun bukan tidak ada ujian yang datang. Namun yang namanya keluarga memang harus saling mengingatkan dan menguatkan. Bersatu padu mempertahankan keluarga agar tidak bercerai berai oleh gangguan dari luar. "Dulu..." cerita Mamak. "Bapak suka main billiar, sampe lupa pulang kerumah". "Terus mak?" Tanyaku penasaran. Mama tampak kembali ke masa itu, beliau tersenyum "Mama pergi ketempat bapak main billiar dan langsung membuang bola-bola billiard ke sungai menyuke. Sejak saat itu bapak berhenti main billiard". Two thumbs to my mom, akankah aku kelak berani seperti beliau? I love u Mom. Tapi meskipun Ibuku agak keras, aku tahu hanya Bapak yang dapat meluluhkan hatinya. Intinya jangan malu meminta maaf. Itulah Bapak, saat beliau melihat mamak lebih banyak diam maka instingnya mulai bekerja, mencoba untuk intropeksi mencari kesalahan yang dilakukan dan cepat minta maaf. Dan..eng..ing..eng..., sekeras apapun hati wanita pasti akan luluh dengan kata maaf. 
Bapak bukanlah lelaki yang romantis. Beliau tidak pernah menggombal atau mungkin aku tidak menyadari, karena yang kutahu bapakku cerewet sekali. Pagi ini saja, aku harus menutup telinga dengan bantal..tapi ini biasa bagiku. Bagiku ini adalah sarapan pagi, kata kakakku "kelak omelan, kecerewetan bapaklah yang akan kita rindukan."

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil. (QS. Al-Israa' : 23-24)                                                                                                                                                                               


Sunday, October 5, 2014

What does it feel?

What does it feel? Saya beberapa kali mendapat pertanyaan tentang apa yang saya rasakan. Saya juga penasaran seperti apa yang dirasakan oleh wanita yang akan menikah. Dari cerita kakak saya, dulu saat mendekati hari H beliau merasa perutnya keram. Dan saya? Nano-nano. Apakah ini cobaan atau godaan, perasaan yang paling dirasakan adalah prasangka. Maybe, ini yang membuat sebagian orang gagal menuju pelaminan. Pikirannya selalu dipenuhi prasangka-prasangka tentang pasangannya. Ujung-ujungnya, jadi kepo keterlaluan apalagi ditambah bumbu kecemburuan, ah..you know what will happen next.
Well, tidak bisa dipungkiri kadang prasangka juga menghampiri saya. Agar prasangka tidak terlalu dalam merasuk kepikiran apalagi menusuk hati, kita harus mengalihkan prasangka itu dengan positive thinking. Saya hanya berbagi resep yang saya dapat dari Umar bin Khatab. Beliau mengatakan, “janganlah engkau berprasangka terhadap perkataan yang keluar dari saudaramu yang mukmin kecuali dengan persangkaan yang baik. Dan hendaknya engkau selalu membawa perkataannya itu kepada prasangka-prasangka yang baik”
Bahkan Allah dengan jelas melarang kita untuk berprasangka dan mencari-cari kesalahan orang lain. Sebagaimana yang tertulis dalam Al-qur'an:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain” (Al-Hujurat : 12)
What do I feel? Nano-nano. Saya hanya merasa lapar, badan panas-dingin kadang agak meriang, ingin tidur terus agar waktu cepat berlalu dan mungkin agak keram perut. That's it. Untuk masalah prasangka yang hadir dipikiran saya,  saya serahkan kepada Allah. Karena Allah Maha Mengetahui atas apa yang tidak kita ketahui. Kalau dia memang yang dipilihkan oleh Nya, maka tak ada aral rintang yang menghalangi. Insya Allah.

Pontianak, 5 Oktober 2014
18 hari menjelang hari H

Friday, October 3, 2014

Coretan Kecil Menjelang Pernikahan

Better late than never. Dulu, saya sering sekali ditawari buku-buku pernikahan. Tetapi tawaran hangat itu selalu ditolak. Saya lebih suka membaca buku-buku cerita yang memotivasi, seperti halnya shirah Rasulullah dan para sahabat, dan cerita hidup para Salafus shalih. Dan sekarang, saat waktu itu tiba, buku pernikahanpun mengisi bacaan harian. Semakin menyelami  buku-buku pernikahan, saya menyadari betapa sombongnya diri saya dahulu. Dengan mengatakan takut galau, alasan untuk menghindari ilmu tentang munakahat.
Belum dalam saya menyelami sebuah karya dari seorang Ustadz, saya telah melihat keindahan ilmu yang membuat saya ingin melekatkan beberapa hikmah dari bacaan singkat di blog ini. Seperti biasa saya menulis coretan kecil disini agar saya tidak lupa.
Bercerita tentang taaruf sejati. Bagaimana setiap pasangan ingin dimengerti, apakah itu suami atau istri. Dari sedikit yang saya baca barulah saya mengerti betapa cueknya para adam. Disaat hawa memerlukan seseorang yang ingin mendengarkan ceritanya tapi mereka sibuk dengan gadget, sibuk dengan bacaan, dan sibuk dengan pekerjaan. Mereka hanya mendengar tetapi tidak MENDENGARKAN. Terkadang mereka tertidur saat istri bercerita. Atau memotong setiap kalimat yang diungkapkan istri. Saya setuju dengan apa yang dituliskan dibuku yang saya baca. Tak heran jika ada istri curhat pada orang lain contohnya tetangga atau didunia maya, karena suaminya tak peka terhadap perasaannya. Beruntung bagi para suami yang mendapat istri yang tertarbiyah, seorang istri yang paham akan agamanya, maka dia tidak akan sembarangan menceritakan nestapa yang dirasa, jika gundah tak mampu ditahan maka dia akan mencari orang yang tepat untuk diajak cerita.   
Meskipun begitu, kesalahan tidak hanya pada pria. Saya juga menyadari betawa cerewetnya kaum hawa. Dari mulai suka mengatur hingga hobbi ikut campur. Dari buku ini saya menyadari bahwa ada saatnya pria ingin menyendiri. Ada saatnya suami ingin mencari solusi bagi masalah mereka tanpa campur tangan istri. Ada saatnya mereka ingin mandiri. Saat suami tak ingin bercerita tentang masalahnya atau masih belum ingin berbagi, maka tugas sang istri hanya diam jika sang suami masih tak ingin bercerita. Cobalah mengerti dan jangan sok memberi saran. Karena yang suami inginkan adalah ketenangan. Jika sang istri memaksa suami bercerita maka hal itu mungkin menjadi tekanan bagi suami. Bahkan, dia bisa kesal dan marah. Biarkanlah mereka berpikir sendiri. Hal ini bukan suami lari dari istri ujar sipenulis yang menguutip kata seorang syeikh, tapi ini bersifat naluriah, dan hendaklah istri memahami hal tersebut. 
Dari sedikit yang saya dapatkan, saya mengerti betapa pentingnya belajar memahami ilmu berkeluarga dari sejak dini. Bukan masalah galau, tetapi mempersiapkan diri untuk lebih matang adalah lebih baik. 

Pontianak, 3 Oktober 2014
20 hari menjelang hari H

Seorang istri seperti GELOMBANG. Kemampuannya mencintai seseorang naik dan turun sesuai apa yang DIRASAKANNYA dalam HUBUNGAN. Seorang suami seperti KARET GELANG. Ia secara otomatis berubah-ubah antara membutuhkan KEDEKATAN dan KEMANDIRIAN ~ Ust. Salim A Fillah



Thursday, October 2, 2014

Saat Kematian menjadi Candaan

Aku heran dengan gaya bergurau remaja saat ini, dengan mudahnya mereka menyebarkan berita meninggalnya seseorang atau bahakan mengaku meninggal hanya untuk mencari sensasi. Ini sudah sekian kalinya aku mendapatkan berita hoak tentang kematian seseorang. And almost all of the news comes from teenagers. Dulu, saat pertama kali menginjakkan kaki di sekolah untuk mengajar suasana sekolah tiba-tiba menjadi heboh. Seluruh siswa dikumpulkan di aula untuk membaca surah yasiin dan mendoakan seorang siswa yang dikabarkan meninggal. Tampak beberapa siswa menangis dan sebagian menyesal mengapa si dia meninggal. Berita melalui pesan sms itu menyebar duka di sekolah.
Keesokan hari disekolah, aku melihat beberapa orang guru melingkar dan marah pada seorang anak. Awalnya, aku melihat senyum cengengesan sang anak. Tapi lambat laut, mungkin karena merasa dibohongi emosi para guru meninggi, bukan seperti menasehati tapi lebih tepat aku katakan memarahi. Si anak hanya tertunduk pasrah mendengar wejangan dari beberapa guru. Akhirnya aku tahu dia adalah anak yang dikabarkan meninggal kemarin. Astaghfirullah, hanya itu yang bisa aku ucapkan. Tetapi didalam hati aku berpikir, seandainya mereka tahu seperti apa itu kematian. Bahkan aku sendiri belum siap untuk menghadapinya. Pantaslah Rasulullah  shallallahu 'alaihi wasallam berkata untuk banyak-banyak mengingat kematian sebagai pemutus kelezatan. 
Kematian adalah sesuatu yang pasti. Bahkan Allah 'azza wa jalla beberapa kali mengingatkan manusia melalui Al-Qur'an bahwa setiap jiwa akan mati. Mengapa kita harus mendahului takdirnya? Wajar jika para guru itu marah ketika anak tersebut mengabarkan dirinya meninggal. Dunia memang penuh sanda gurau, tapi pantaskah jika kematian menjadi gurauan? Kita memang harus mengingat kematian tapi jika mengada-ngada tentang berita kematian itu sudah keterlaluan. Bisa jadi jika tiba waktu kita untk menjemput kematian, tak ada satupun orang yang percaya bahwa kita telah pergi dari dunia ini. 





Kado Menjelang Pernikahan

Kata Ali bin Abi Thalib "ilmu diikat dengan tulisan".Ilmu tidak hanya dipelajari di sekolah, tapi ilmu dapat dipelajari dimana saja. Dari melihat, mengamati dan diskusi. Senangnya jika dapat teman yang senang berbagi ilmu dan senang mendiskusikan hal-hal baru yang didapat. Alhamdulillah, bagiku ini adalah minggu petuah. Banyak sekali ilmu yang aku dapat. Karena takut lupa apa kata-kata mereka, aku menuliskannya disini. Pertama, kelak ini akan menjadi pengingatku saat aku lupa, saat aku lemah, dan saat aku rapuh karena masalah-masalah yang kelak akan datang menghampiri. Kedua, semoga tulisan ini,  nasehat ini dapat menjadi masukan untuk teman-teman yang sekedar mampir untuk membaca blog ini. Atau kebetulan bertemu dengan blog ini.
Finally October. Hari-hari itu semakin dekat. Bahkan bunyi detikan jam dinding terdengar lebih nyaring dari biasanya. Seperti mengingatkanku saja, bahwa lajangku tinggal menghitung hari. Berawal dari April dan berakhir Oktober. Mungkin bagi sebagian orang 6 bulan begitu singkat, bagi dua orang yang baru mengenal memutuskan untuk menikah, tapi sebagian mengatakan begitu lama, mereka mengatakan 3 bulan adalah waktu yang cukup jika diawali dari taaruf hingga walimahan. Seperti kata sang Rasul, segerakanlah menikah. Jujur aku juga ingin menyegerakan waktu 6 bulan itu, tapi ada hal yang tertunda, studiku, thesisku yang menunggu. Alhamdulillah, semua karena Allah dalam 3 bulan aku ngebut menulis hasil penelitian untuk menyelesaikan tesis. Bolak-balik kampus buat konsul yang terkadang di php sama dosenku. Tidur gak maksimal. Tetapi perjuangan itu terbalas, gelar dibelakang nama bertambah. Dan aku dapat fokus pada pernikahanku.
Kini oktober telah didepan mata. Undangan-undangan yang siap disebar telah tersusun rapi didalam kotak. Waktu semakin dekat. Bahkan dengan semakin dekatnya waktu, rasa takut bercampur dan khawatir bertambah. Kata Murobbiku, Hal itu wajar karena dulu dia juga begitu. Ini karena efek aku dan calon suamiku belum sepenuhnya kenal. Apalagi komunikasi tak seinsten orang-orang yang pacaran. Tapi ada Allah dalam proses ini, Insya Allah jika kelak aku dan calon suamiku dapat saling mengerti dan memahami, maka keberkahan akan menaungi.
Ketakutan dan kekhawatiran adalah tipu daya setan oleh karena itu murobbiku berpesan aku harus banyak tilawah. Saat berkeluargapun setan tak pernah menyerah, dibuatnya tingkah suami menjadi tak enak dipandang oleh mata dan kita tidak suka. Sehingga, kita tidak sadar apa yang keluar dari lisan saat berbicara atau saat  membuat keputusan, oleh karena itu perempuan harus lebih banyak mengalah. Perbanyaklah istighfar, tambahnya. Jazakillah khair kakak atas nasehatnya. Insya Allah adek binaanmu ini akan berusaha menerapkan apa yang kau katakan.
Nasihat dari pengalaman hidup adalah pelajaran yang baling berarti. Aku bersyukur mengenal mereka yang mau berbagi pengalaman kepadaku yang masih awam. Aku memang masih harus banyak belajar. Karena kehidupan berkeluarga bukan hal yang kecil tapi kehidupan yang dipenuhi dengan tanggung jawab yang kelak harus dipertanggung jawabkan dihadapan-Nya. Termasuk masalah materi, itu kata kakak tertuaku.
"Kelak dek, jika kamu menjadi istri..kamu harus sering mengingatkan suamimu agar memberimu dan anak-anakmu nafkah yang halal. Katakan kepada suamimu agar mengambil yang haknya saja. Jangan sekali-sekali dia memberimu yang bukan haknya. Mengapa? karena kamu dan anakmu tidak pernah tahu darimana uang atau makanan itu berasal. Yang kamu tahu hanya suamimu pergi bekerja dan pulang membawa uang. Lebih baik kita hidup sederhana, makan apa adanya, atau bahkan harus menahan lapar daripada kelak kita harus merasakan siksa neraka. Dan jangan kau memaksakan kehendakmu jika suamimu tidak mampu untuk memenuhinya. Apalagi kehendakmu itu membuat suamimu berhutang. Sedikitpun dek..sekecilpun dek.. jangan pernah berhutang. Jangan jadikan hutang sebagai kebiasaan. Karena sekali berhutang kamu akan ketagihan untuk berhutang" ujar kakakku ini panjang lebar. Aku mendengar dengan seksama dan menelaah kata-katanya. Tapi apa yang dia katakan sepenuhnya benar. Bahkan aku pernah membaca kisah ulama dimana istrinya berpesan aku masih mampu menahan lapar atupun menampal perut dengan batu, daripada menahan siksaan neraka. Jazakillah khair kakak atas masukan yang berharga ini.
Apakah ini kebetulan atau memang dirasakn oleh setiap istri. Aku mendapatkan nasehat yang sama dari kedua kakak ini. Nasehatnya adalah kalau kamu marah pada suamimu lebih baik diam. Boleh sekali-kali kamu berkata untuk mengingatkannya tapi hati-hatilah dalam memilih kata karena wanita penuh dengan emosi yang dapat dijadikan setan sebagai senjata buat menghancurkan mahligai rumah tangga. Maka jika emosimu meninggi, pilihlah diam. Mungkin diam akan menjadi solusi yang baik untuk masalah yang menerpa. Seperti kata pepatah diam adalah emas.

Pontianak, 2 Oktober 2014
21 hari sebelum hari H