RSS

Wednesday, October 15, 2014

Between Want & Need

Aku ingin begini
Aku ingin begitu
Ingin ini Ingin itu
Banyak Sekali... (ost Doraemon)

Seandainya aku punya kantong ajaib, semua..semua dan semua pasti dapat dikabulkan. Seperti Nobita dan kantong ajaib doraemon. Tapi..sayangnya hidup tak selamanya seperti keinginan Nobita. Kantong Ajaib tak selamanya mewujudkan apa yang diinginkan Nobita. Meskipun Nobita mendapatkan what he wants, tetapi terkadang yang diinginkan bukan membawa kebahagian malah sebaliknya kerugian dan malapetaka.

Antara keinginan dan kebutuhan hanya ada garis tipis yang disebut dengan nafsu. Jika kita dapat mengendalikan nafsu tersebut maka tidaklah susah membedakan mana yang kita inginkan atau kita butuhkan. Namun terkadang kita lebih sering menuruti keinginan daripada kebutuhan. Alhasil kita menjadi budak nafsu. Disinilah berpedaan manusia dan hewan. Hewan hanya memiliki nafsu sedangkan manusia memiliki keduanya akal dan nafsu. Jika kita telah menjadi budak nafsu, itu berarti kita sama dengan hewan.

Saya sering sekali mendapatkan pertanyaan bagaimana cara membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Sebenarnya yang bisa menjawabnya adalah diri kita sendiri, kata saya. Tapi simpelnya, kalo kamu ingin sesuatu kamu pikir dulu..apakah akan mati jika tidak dapat yang kita inginkan? Jika jawabannya YA, itu berarti keinginan telah menjadi kebutuhan. Tetapi jika jawabannya TIDAK, itu berarti nafsu. At least, that's my way to know between want and need. Bagi saya kebutuhan itu jika tidak terpenuhi akan mengancam kehidupan, antara hidup dan mati. Tapi keinginan jika tidak dipenuhi kita masih tetap hidup. One more, jika keinginan terus diikuti maka kita tidak akan pernah puas. Caranya... jadikan apa yang kita inginkan menjadi reward dalam berusaha. Setidaknya,kita mengubah keinginan menjadi motivasi. Dan saya biasa melakukan hal ini untuk meredam permintaan keponakan-keponakan saya tercinta. Memang sih, efeknya bakal jelek..membuat mereka terbiasa melakukan sesuatu dengan pamrih. Ya..untuk saat ini, itulah win-win solution untuk menangani permintaan anak-anak kecil yang memaksa.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            





Mamak dan Bapak

20 September 1974 hari dimana semua bermula. Hari disaat Bapak menikahi Mamak. 40 tahun ternyata kedua orangtuaku hidup bersama. Manis pahit kehidupan telah dirasakan oleh keduanya. Hidup bersama selama 40 tahun ternyata tidak menghilangkan kemesraan yang hadir diantra keduanya. Kehangatan keluarga yang dibangun bersemi dalam kehangatan yang hingga saat ini dapat dirasa. Semoga langgeng hingga ke surga ya Mamak dan Bapak. :)

Selama 40 tahun bukan tidak ada ujian yang datang. Namun yang namanya keluarga memang harus saling mengingatkan dan menguatkan. Bersatu padu mempertahankan keluarga agar tidak bercerai berai oleh gangguan dari luar. "Dulu..." cerita Mamak. "Bapak suka main billiar, sampe lupa pulang kerumah". "Terus mak?" Tanyaku penasaran. Mama tampak kembali ke masa itu, beliau tersenyum "Mama pergi ketempat bapak main billiar dan langsung membuang bola-bola billiard ke sungai menyuke. Sejak saat itu bapak berhenti main billiard". Two thumbs to my mom, akankah aku kelak berani seperti beliau? I love u Mom. Tapi meskipun Ibuku agak keras, aku tahu hanya Bapak yang dapat meluluhkan hatinya. Intinya jangan malu meminta maaf. Itulah Bapak, saat beliau melihat mamak lebih banyak diam maka instingnya mulai bekerja, mencoba untuk intropeksi mencari kesalahan yang dilakukan dan cepat minta maaf. Dan..eng..ing..eng..., sekeras apapun hati wanita pasti akan luluh dengan kata maaf. 
Bapak bukanlah lelaki yang romantis. Beliau tidak pernah menggombal atau mungkin aku tidak menyadari, karena yang kutahu bapakku cerewet sekali. Pagi ini saja, aku harus menutup telinga dengan bantal..tapi ini biasa bagiku. Bagiku ini adalah sarapan pagi, kata kakakku "kelak omelan, kecerewetan bapaklah yang akan kita rindukan."

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil. (QS. Al-Israa' : 23-24)                                                                                                                                                                               


Sunday, October 5, 2014

What does it feel?

What does it feel? Saya beberapa kali mendapat pertanyaan tentang apa yang saya rasakan. Saya juga penasaran seperti apa yang dirasakan oleh wanita yang akan menikah. Dari cerita kakak saya, dulu saat mendekati hari H beliau merasa perutnya keram. Dan saya? Nano-nano. Apakah ini cobaan atau godaan, perasaan yang paling dirasakan adalah prasangka. Maybe, ini yang membuat sebagian orang gagal menuju pelaminan. Pikirannya selalu dipenuhi prasangka-prasangka tentang pasangannya. Ujung-ujungnya, jadi kepo keterlaluan apalagi ditambah bumbu kecemburuan, ah..you know what will happen next.
Well, tidak bisa dipungkiri kadang prasangka juga menghampiri saya. Agar prasangka tidak terlalu dalam merasuk kepikiran apalagi menusuk hati, kita harus mengalihkan prasangka itu dengan positive thinking. Saya hanya berbagi resep yang saya dapat dari Umar bin Khatab. Beliau mengatakan, “janganlah engkau berprasangka terhadap perkataan yang keluar dari saudaramu yang mukmin kecuali dengan persangkaan yang baik. Dan hendaknya engkau selalu membawa perkataannya itu kepada prasangka-prasangka yang baik”
Bahkan Allah dengan jelas melarang kita untuk berprasangka dan mencari-cari kesalahan orang lain. Sebagaimana yang tertulis dalam Al-qur'an:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain” (Al-Hujurat : 12)
What do I feel? Nano-nano. Saya hanya merasa lapar, badan panas-dingin kadang agak meriang, ingin tidur terus agar waktu cepat berlalu dan mungkin agak keram perut. That's it. Untuk masalah prasangka yang hadir dipikiran saya,  saya serahkan kepada Allah. Karena Allah Maha Mengetahui atas apa yang tidak kita ketahui. Kalau dia memang yang dipilihkan oleh Nya, maka tak ada aral rintang yang menghalangi. Insya Allah.

Pontianak, 5 Oktober 2014
18 hari menjelang hari H

Friday, October 3, 2014

Coretan Kecil Menjelang Pernikahan

Better late than never. Dulu, saya sering sekali ditawari buku-buku pernikahan. Tetapi tawaran hangat itu selalu ditolak. Saya lebih suka membaca buku-buku cerita yang memotivasi, seperti halnya shirah Rasulullah dan para sahabat, dan cerita hidup para Salafus shalih. Dan sekarang, saat waktu itu tiba, buku pernikahanpun mengisi bacaan harian. Semakin menyelami  buku-buku pernikahan, saya menyadari betapa sombongnya diri saya dahulu. Dengan mengatakan takut galau, alasan untuk menghindari ilmu tentang munakahat.
Belum dalam saya menyelami sebuah karya dari seorang Ustadz, saya telah melihat keindahan ilmu yang membuat saya ingin melekatkan beberapa hikmah dari bacaan singkat di blog ini. Seperti biasa saya menulis coretan kecil disini agar saya tidak lupa.
Bercerita tentang taaruf sejati. Bagaimana setiap pasangan ingin dimengerti, apakah itu suami atau istri. Dari sedikit yang saya baca barulah saya mengerti betapa cueknya para adam. Disaat hawa memerlukan seseorang yang ingin mendengarkan ceritanya tapi mereka sibuk dengan gadget, sibuk dengan bacaan, dan sibuk dengan pekerjaan. Mereka hanya mendengar tetapi tidak MENDENGARKAN. Terkadang mereka tertidur saat istri bercerita. Atau memotong setiap kalimat yang diungkapkan istri. Saya setuju dengan apa yang dituliskan dibuku yang saya baca. Tak heran jika ada istri curhat pada orang lain contohnya tetangga atau didunia maya, karena suaminya tak peka terhadap perasaannya. Beruntung bagi para suami yang mendapat istri yang tertarbiyah, seorang istri yang paham akan agamanya, maka dia tidak akan sembarangan menceritakan nestapa yang dirasa, jika gundah tak mampu ditahan maka dia akan mencari orang yang tepat untuk diajak cerita.   
Meskipun begitu, kesalahan tidak hanya pada pria. Saya juga menyadari betawa cerewetnya kaum hawa. Dari mulai suka mengatur hingga hobbi ikut campur. Dari buku ini saya menyadari bahwa ada saatnya pria ingin menyendiri. Ada saatnya suami ingin mencari solusi bagi masalah mereka tanpa campur tangan istri. Ada saatnya mereka ingin mandiri. Saat suami tak ingin bercerita tentang masalahnya atau masih belum ingin berbagi, maka tugas sang istri hanya diam jika sang suami masih tak ingin bercerita. Cobalah mengerti dan jangan sok memberi saran. Karena yang suami inginkan adalah ketenangan. Jika sang istri memaksa suami bercerita maka hal itu mungkin menjadi tekanan bagi suami. Bahkan, dia bisa kesal dan marah. Biarkanlah mereka berpikir sendiri. Hal ini bukan suami lari dari istri ujar sipenulis yang menguutip kata seorang syeikh, tapi ini bersifat naluriah, dan hendaklah istri memahami hal tersebut. 
Dari sedikit yang saya dapatkan, saya mengerti betapa pentingnya belajar memahami ilmu berkeluarga dari sejak dini. Bukan masalah galau, tetapi mempersiapkan diri untuk lebih matang adalah lebih baik. 

Pontianak, 3 Oktober 2014
20 hari menjelang hari H

Seorang istri seperti GELOMBANG. Kemampuannya mencintai seseorang naik dan turun sesuai apa yang DIRASAKANNYA dalam HUBUNGAN. Seorang suami seperti KARET GELANG. Ia secara otomatis berubah-ubah antara membutuhkan KEDEKATAN dan KEMANDIRIAN ~ Ust. Salim A Fillah



Thursday, October 2, 2014

Saat Kematian menjadi Candaan

Aku heran dengan gaya bergurau remaja saat ini, dengan mudahnya mereka menyebarkan berita meninggalnya seseorang atau bahakan mengaku meninggal hanya untuk mencari sensasi. Ini sudah sekian kalinya aku mendapatkan berita hoak tentang kematian seseorang. And almost all of the news comes from teenagers. Dulu, saat pertama kali menginjakkan kaki di sekolah untuk mengajar suasana sekolah tiba-tiba menjadi heboh. Seluruh siswa dikumpulkan di aula untuk membaca surah yasiin dan mendoakan seorang siswa yang dikabarkan meninggal. Tampak beberapa siswa menangis dan sebagian menyesal mengapa si dia meninggal. Berita melalui pesan sms itu menyebar duka di sekolah.
Keesokan hari disekolah, aku melihat beberapa orang guru melingkar dan marah pada seorang anak. Awalnya, aku melihat senyum cengengesan sang anak. Tapi lambat laut, mungkin karena merasa dibohongi emosi para guru meninggi, bukan seperti menasehati tapi lebih tepat aku katakan memarahi. Si anak hanya tertunduk pasrah mendengar wejangan dari beberapa guru. Akhirnya aku tahu dia adalah anak yang dikabarkan meninggal kemarin. Astaghfirullah, hanya itu yang bisa aku ucapkan. Tetapi didalam hati aku berpikir, seandainya mereka tahu seperti apa itu kematian. Bahkan aku sendiri belum siap untuk menghadapinya. Pantaslah Rasulullah  shallallahu 'alaihi wasallam berkata untuk banyak-banyak mengingat kematian sebagai pemutus kelezatan. 
Kematian adalah sesuatu yang pasti. Bahkan Allah 'azza wa jalla beberapa kali mengingatkan manusia melalui Al-Qur'an bahwa setiap jiwa akan mati. Mengapa kita harus mendahului takdirnya? Wajar jika para guru itu marah ketika anak tersebut mengabarkan dirinya meninggal. Dunia memang penuh sanda gurau, tapi pantaskah jika kematian menjadi gurauan? Kita memang harus mengingat kematian tapi jika mengada-ngada tentang berita kematian itu sudah keterlaluan. Bisa jadi jika tiba waktu kita untk menjemput kematian, tak ada satupun orang yang percaya bahwa kita telah pergi dari dunia ini. 





Kado Menjelang Pernikahan

Kata Ali bin Abi Thalib "ilmu diikat dengan tulisan".Ilmu tidak hanya dipelajari di sekolah, tapi ilmu dapat dipelajari dimana saja. Dari melihat, mengamati dan diskusi. Senangnya jika dapat teman yang senang berbagi ilmu dan senang mendiskusikan hal-hal baru yang didapat. Alhamdulillah, bagiku ini adalah minggu petuah. Banyak sekali ilmu yang aku dapat. Karena takut lupa apa kata-kata mereka, aku menuliskannya disini. Pertama, kelak ini akan menjadi pengingatku saat aku lupa, saat aku lemah, dan saat aku rapuh karena masalah-masalah yang kelak akan datang menghampiri. Kedua, semoga tulisan ini,  nasehat ini dapat menjadi masukan untuk teman-teman yang sekedar mampir untuk membaca blog ini. Atau kebetulan bertemu dengan blog ini.
Finally October. Hari-hari itu semakin dekat. Bahkan bunyi detikan jam dinding terdengar lebih nyaring dari biasanya. Seperti mengingatkanku saja, bahwa lajangku tinggal menghitung hari. Berawal dari April dan berakhir Oktober. Mungkin bagi sebagian orang 6 bulan begitu singkat, bagi dua orang yang baru mengenal memutuskan untuk menikah, tapi sebagian mengatakan begitu lama, mereka mengatakan 3 bulan adalah waktu yang cukup jika diawali dari taaruf hingga walimahan. Seperti kata sang Rasul, segerakanlah menikah. Jujur aku juga ingin menyegerakan waktu 6 bulan itu, tapi ada hal yang tertunda, studiku, thesisku yang menunggu. Alhamdulillah, semua karena Allah dalam 3 bulan aku ngebut menulis hasil penelitian untuk menyelesaikan tesis. Bolak-balik kampus buat konsul yang terkadang di php sama dosenku. Tidur gak maksimal. Tetapi perjuangan itu terbalas, gelar dibelakang nama bertambah. Dan aku dapat fokus pada pernikahanku.
Kini oktober telah didepan mata. Undangan-undangan yang siap disebar telah tersusun rapi didalam kotak. Waktu semakin dekat. Bahkan dengan semakin dekatnya waktu, rasa takut bercampur dan khawatir bertambah. Kata Murobbiku, Hal itu wajar karena dulu dia juga begitu. Ini karena efek aku dan calon suamiku belum sepenuhnya kenal. Apalagi komunikasi tak seinsten orang-orang yang pacaran. Tapi ada Allah dalam proses ini, Insya Allah jika kelak aku dan calon suamiku dapat saling mengerti dan memahami, maka keberkahan akan menaungi.
Ketakutan dan kekhawatiran adalah tipu daya setan oleh karena itu murobbiku berpesan aku harus banyak tilawah. Saat berkeluargapun setan tak pernah menyerah, dibuatnya tingkah suami menjadi tak enak dipandang oleh mata dan kita tidak suka. Sehingga, kita tidak sadar apa yang keluar dari lisan saat berbicara atau saat  membuat keputusan, oleh karena itu perempuan harus lebih banyak mengalah. Perbanyaklah istighfar, tambahnya. Jazakillah khair kakak atas nasehatnya. Insya Allah adek binaanmu ini akan berusaha menerapkan apa yang kau katakan.
Nasihat dari pengalaman hidup adalah pelajaran yang baling berarti. Aku bersyukur mengenal mereka yang mau berbagi pengalaman kepadaku yang masih awam. Aku memang masih harus banyak belajar. Karena kehidupan berkeluarga bukan hal yang kecil tapi kehidupan yang dipenuhi dengan tanggung jawab yang kelak harus dipertanggung jawabkan dihadapan-Nya. Termasuk masalah materi, itu kata kakak tertuaku.
"Kelak dek, jika kamu menjadi istri..kamu harus sering mengingatkan suamimu agar memberimu dan anak-anakmu nafkah yang halal. Katakan kepada suamimu agar mengambil yang haknya saja. Jangan sekali-sekali dia memberimu yang bukan haknya. Mengapa? karena kamu dan anakmu tidak pernah tahu darimana uang atau makanan itu berasal. Yang kamu tahu hanya suamimu pergi bekerja dan pulang membawa uang. Lebih baik kita hidup sederhana, makan apa adanya, atau bahkan harus menahan lapar daripada kelak kita harus merasakan siksa neraka. Dan jangan kau memaksakan kehendakmu jika suamimu tidak mampu untuk memenuhinya. Apalagi kehendakmu itu membuat suamimu berhutang. Sedikitpun dek..sekecilpun dek.. jangan pernah berhutang. Jangan jadikan hutang sebagai kebiasaan. Karena sekali berhutang kamu akan ketagihan untuk berhutang" ujar kakakku ini panjang lebar. Aku mendengar dengan seksama dan menelaah kata-katanya. Tapi apa yang dia katakan sepenuhnya benar. Bahkan aku pernah membaca kisah ulama dimana istrinya berpesan aku masih mampu menahan lapar atupun menampal perut dengan batu, daripada menahan siksaan neraka. Jazakillah khair kakak atas masukan yang berharga ini.
Apakah ini kebetulan atau memang dirasakn oleh setiap istri. Aku mendapatkan nasehat yang sama dari kedua kakak ini. Nasehatnya adalah kalau kamu marah pada suamimu lebih baik diam. Boleh sekali-kali kamu berkata untuk mengingatkannya tapi hati-hatilah dalam memilih kata karena wanita penuh dengan emosi yang dapat dijadikan setan sebagai senjata buat menghancurkan mahligai rumah tangga. Maka jika emosimu meninggi, pilihlah diam. Mungkin diam akan menjadi solusi yang baik untuk masalah yang menerpa. Seperti kata pepatah diam adalah emas.

Pontianak, 2 Oktober 2014
21 hari sebelum hari H

 



Wednesday, September 10, 2014

Coretan Hidup 5 Gelar

Apakah sih arti sebuah gelar? Rasanya ingin sekali saya menghampiri dan bertanya kepada seorang yang merasa inferior saat melihat gelar seseorang yang berderet. Jujur, saya tidak pernah bangga dengan gelar yang ada dibelakang saya. Saya tidak pernah bangga dengan apa yang ada diri saya. Karena saya tahu ini semua titipan. Jika bukan karena permintaan Bapak dan malas mendengar kicauan beliau, aku tidak akan pernah menuliskan gelarku.
Tapi perbincangan subuh tadi telah membuatku mendidih. Apakah itu kata-kata ketidakpercaya dirian atau sindiran, yang jelas saya akan sangat marah apalagi perasaannya menyinggung perasaan Bapak. Ah manusia... apalah arti sebuah gelar. Apa gunanya jika kau sekolah hingga setingginya tetapi kau tak pernah mengenal Allah. Apa gunanya jika kau menggunakan pakaian kebesaran dihadapan manusia tetapi rendah di pandangan Allah. Saya yakin kau tidak pernah mengingkari bahwa sebaik-baiknya gelar di pandangan Allah hanyalah TAKWA. Sebaiknya pakaian adalah TAKWA. Bukan gelar, bukan penghasilan yang besar, bukan pekerjaan yang mempunyai jabatan tinggi dan bukan kendaraan mewah yang selalu dia gunakan.



Tuesday, September 9, 2014

Untitled


Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Meneliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr :18)

Raut wajah Maria tampak kusut. Sepanjang jalan Jogja-Solo, didalam pramex yang melaju, Maria gelisah. Di gerbong wanita ini, Maria mendapat sebuah pelajaran. Pelajaran yang telah menyentuh dasar hatinya. Hatinya berkecambuk mengenang perkataan Aisyah. Sekali-kali Maria melirik ke Asiyah yang sibuk dengan Tilawahnya."Syah..kamu ngga malu ya baca Qur'an ditempat umum" tanya Maria pada sahabatnya ini.
Aisyah menggenapkan bacaannya. Dia menarik nafas pelan dengan lembut menimpali pertanyaan Maria "Mengapa harus malu Ria?"
"Hari gini gitu loh... jaman gadget. Liat deh, hampir semua penumpang digerbong ini sibuk dengan hape atau tablet" ujar Maria.
Aisyah tersenyum "Ria, jika semua orang sibuk dengan gadget... maka aku memilih sibuk dengan Al-Qur'an. Karena kelak... yang menyelamatkan kita...yang menerangi kuburan kita..bukanlah gadget yang kita banggakan kecanggihannya, tetapi Al-qur'an yang kita baca" jawab Aisyah.
Maria mengangguk-ngangguk. Dalam benaknya, Maria membenarkan kata-kata Asiyah. Saat ini rasa peduli sudah hampir sirna. Sejak gadget menjadi barang primier bukan lagi sekunder ataupun trier. Social network menjadi tempat silaturahmi sehingga berkunjung ketempat sahabat dianggap kurang perlu. Belom lagi dinding facebook menjadi sampah-sampah keluhan berbagai masalah, doa-doa yang dilantunkan lebih indah di facebook atau twitter daripada di depan Tuhannya. Bangun tidur yang dicari gadget sampai mau tidur lagi gadget.
"Ria..ria.. kok melamun?" Aisyah membuyarkan lamunan Maria.
Maria nyengir "ngga, Aku hanya mikirin kata-katamu tadi lho.
"Oh...jangan dipikirkan lagi. Akhirat itu kekal dan pasti ria... dunia ini..." Aisyah menghentikan perkataannya.
"Dunia ini kenapa syah?" tanya Maria penasaran.
"Dunia ini..hanya sementara. Jika kita hitung ya... kita hidup di dunia hanya 2 menit 1 detik lho. Makanya jangan disia-siakan. Kita tahu kalo hidup di dunia ini sementara, tapi kita memaknainya salah. kita selalu bilang karena hidup di dunia ini sementara harus dinikmati. Alhasil kita senang-senang dan melupakan AL-Qur'an dan Sunnah sebagai petunjuk dunia menuju akhirat" jelas Aisyah panjang lebar.
"Tunggu..tunggu.. maksudnya 2 menit 1 detik itu.ngitungnya gimana?" tanya Maria semakin penasaran.
"Masih ingat teori relativitas Einstein?"
"iya. e=Mc2" jawab Maria
"Pernah dengar kata cantik dan tampan itu relatif?"
"iya..tapi apa hubungannya cantik dan tampan dengan teori relativitas" desak Maria.
Asiyah tersenyum "sama-sama relatif." jawabnya.
Maria merengut. Rasanya jawaban yang diberikan oleh Aiyah belumlah menjawab semua rasa penasarannya. "Ayo dong syah... serius ni" desaknya lagi.
"Aku seribu rius" jawab Aisyah membuat Maria semakin gemes.
Perjalan kereta sudah mencapai stasiun Klaten. Beberapa wanita keluar dan beberapa penumpang wanita naik terburu-buru karena pintu gerbong segera ditutup. Lagi, pandangan Maria terpaku melihat beberapa dari mereka yang baru sjaa naik kereta langsung mengeluarkan gadget . Masing-masing dibuk dengan gadgetnya. Kereta kembali melaju. "Syah... plis deh ah serius" bujuk Maria untuk melanjutkan omongan mereka tadi.
"Gini lho, teori relatifitas itu kan menyatakan waktu bersifat relatif tergantung pada acuannya. Relativitas khusus, postulat 1 lho..." Ujar Aisyah.
"Iya, aku ingat" jawab Maria
"Einstein menjelaskan relativitas waktu di dunia, dan Rasulullah menjabarkan perhitungan di akhirat."
"coba jelaskan lebih rinci?" tanya Maria semakin penasaran.
"Rata-rata hidup manusia didunia diperkirakan kurang lebih dengan umur Nabi Muhammad Shollahu 'alaihi wa sallam hingga akhir hayatnya, yaitu 63 tahun. Jadi umur kita sekitar 60-70 tahun. Kita analogikan umur manusia adalah 70 tahun. Waktu padang masyhar di akhirat sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an Surah Al-Ma'arij ayat 4 dan Hadist Rasul adalah 50.000 tahun. Jadi 1 hari di dunia sama dengan 50.000 tahun diakhirat. Jika kita hitung secara matematis maka kita dapat mengetahui berapa lama kita hidup di dunia." jelas Aisyah panjang lebar. Aisyah mengeluarkan note kecil dan sebuah pen dari tasnya. Aisyah kemudian mencorat-coret dikertas note tersebut bersama Maria.

50.000 = 1 hari, 
70 tahun = x hari 
 maka x (hari) = (70 tahun / 50.000)x 1 tahun x = 0,0014 hari , 
 1 hari jika dijadikan detik = 24 x 6 x 60 = 86400 
maka  0,0014 hari = 0,0014 x 86400 detik = 120,96 detik
Maria mengangguk. "Berarti waktu kita di dunia snagat singkat ya" ujarnya. Maria tampak berpikir menganai 120.96 detik, apabila diganti jandi menit maka hidup di dunia hanya 2 menit 1 detik. Perantauan yang singkat, pikir Maria.

"Singkatkan?" Tanya Aisyah, matanya tak lepas dari memandang keluar jendela gerbong. "Makanya, aku tidak ingin menjadi ketergantungan pada gadget atau jaringan sosial. Nunggu loadingnya aja udah bermenit-menit. Masalah lainnya kalau kita tidak bisa mengendalikan diri" ujarnya.

Maria ikut melihat keluar, dia mengerti mengapa sahabatnya dari dulu tidak mengganti hpnya. Maria ingat kata Aisyah saat menemaninya membeli hp, yang penting bisa nelpon dan sms. Kereta api melambat karena sebentar lagi mereka akan sampai di stasiun Balapan, Solo. Maria dan Asiyah bersiap-siap turun.    


Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada (malaikat) yang menghitung. Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui (QS Al Mu’minuun : 112-114)
       







 

Sunday, September 7, 2014

Coretan Hidup 4 *Lemot Mengingat Wajah*

"Icha kan?" sapaku pada kasir yang melayani penukaran koin disalah satu pusat permainan di Pontianak. Senang rasanya bertemu dengan teman sebangku setelah bertahun-tahun berpisah.
"Maaf kak, salah orang" jawabnya.
"Icha, SMP 7 kan?" aku masih aja maksa dia mengingatku.
"Bukan kak.." jawabnya sambil senyam-senyum.

Jika mengingat kedodolanku salah menegur orang rasanya seperti naik bis lupa bawa uang. Apalagi jika orang yang ditegur tampak ngerumpi dengan temannya. Mulailah otak ini bergerilya mikir sana-sini, nebak pastilah dia lagi ngomongin aku.
Kejadian salah mengingat orang bukan yang pertama kali. Kelemotan ini sudah menghinggapi aku dari SMA. Tepatnya sejak mataku terbukti rabun jauh dan aku jarang pakai kaca mata. Sebenarnya ingin pake kaca mata, tapi kelamaan menggunakan pakai kaca mata kepalaku sering pusing. Sama halnya seperti aku kelamaan di pasar dan melihat keramaian. Makanya aku ngga suka lama-lama dipusat perbelanjaan, pesta, reunian atau ditempat dimana  banyak orang lalu lalang. Untunglah, aku masih tahan berlama-lama duduk dengar cermah atau seminar. Kayaknya, aku pusing melihat yang bergerak dan ribut. Seperti halnya aku pusing kalo melihat keponakan-keponakanku lari-larian sambil teriak-teriakan dalam rumah. Soalnya aku ngga pernah pusing kalo nonton bioskop karena kalo pilemnya membosankan aku tidur hingga pilem berakhir. Ini adalah kisah lain yang memalukan, tidur di bioskop.  
Keseringan salah nyapa orang, aku jadi malas negur kalo aku hanya merasa "kenal dengan orang yang aku temui" atau "merasa seseorang mirip dengan kenalanku." Jadinya, aku kadang dikira sombong.
Pernah ada yang bertanya padaku "gimana kalo aku nikah nanti? gimana kalo aku lupa suamiku?" 
Aku juga tidak tahu gimana jawabnya, lihat nanti sajalah. Pengennya seperti pilem 50 first dates. Meski aku lupa, dia terus ingat. 


  

Atas Nama HAM

Inilah negeriku, negeri penjunjung HAM
Satu persatu dihalalkan, Satu persatu dilegalkan
Tidak ada pembatas, Tidak ada pembeda
Inilah negeriku, negeri penjunjung HAM

Atas nama HAM semua berhak menuntut bahkan yang diharamkan oleh agama. Aku masih ingat ketika ada beberapa pihak yang menolak UU Pornografi dan Pornoaksi dengan mengatas namakan hak asasi manusia. Hingga ada yang rela membuka auratnya saat berdemo. Masih hangat juga berita pelegalan aborsi bagi korban pemerkosaan, kini 5 warga negara Indonesia menuntut jika perkawinan beda agama dilegalkan. Berpegang pada Undang-Undang Perkawinan Pasal 2 ayat 1 UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (detikNews.com), kelima orang dari universitas keren di Indonesia ini mengajukan permohonan ke MK. 
Kehilangan identitas. Saat HAM diatas segalanya maka identitas diri semakin menipis yang terjadi hak-hak yang diperjuangkan bukannya menguntungkan tetapi malah merugikan.
Parahnya, mengapa selalu islam menjadi sasaran empuk. Seperti halnya salah satu penggunggat yang disorot adalah mahasiswi berjilbab (http://news.detik.com/read/2014/09/04/172535/2681642/10/1/ini-mahasiswi-fh-ui-berjilbab-yang-memohon-legalisasi-perkawinan-beda-agama). Let's forget about it, semoga yang membaca tidak terprovokasi memandang jelek agama yang sempurna ini. 
Dari berita tersebut aku menemukan ketakutan mengapa dia mengajukan permohonan pelegalan perkawinan beda agama, seperti yang diungkapkannya kepada media:
Ketika saya ingin melangsungkan perkawinan, saya kan belum tahu sama siapa, jadi ada potensi.
Potensi yang dimaksud mahasiswi tersebut adalah potensi menikah dengan pria yang berbeda agama dengannya. Sebenarnya potensi tersebut tidak akan terjadi jika kita tidak menciptakan potensi tersebut. Maksud dari kata menciptakan adalah kita sebagai perempuan yang menghadirkan potensi tersebut. Dan salah satu sebab mengapa potensi itu ada karena kita tidak mempelajari Islam secara kaafah, secara menyeluruh. Padahal segala aturan telah diatur oleh Al-Qur'an dan Sunnah, bahkan dicontohkan secara langsung melalui Rasulullah Sholallahu 'alaihi wa sallam. Pegangan dan contoh yang jelas telah diberikan, terus apa yang kita takutkan? Segalanya telah diatur oleh Islam dengan sangat rapi, detail, dan sempurna.
Islam sangat memuliakan wanita, bahkan islam memberi point-point yang harus diperhatikan dalam memilih pria untuk dijadikan sebagai calon suami. Silahkan telusuri di mbah gugel, mas yahoo. atau akhi yufid bagaimana memilih pria untuk dinikahi. Banyak sumber yang menuliskan hal tersebut dilengkapi dengan kutipan ayat-ayat Al-Qur'an dan hadist-hadist Rasulullah. Semua dijelaskan dengan sangat gamblang. Mengapa? karena seorang suami kelak akan menjadi penentu bagi sang istri, kemana tempat peristirahatan terakhir sang Istri di akhirat, surga atau neraka. Hal ini jelas dikatakan Rasulullah Sholallahu 'alaihi wa sallam "sesungguhnya suamimu adalah surga atau nerakamu" (HR. Ahmad).
Lalu, bagaimana jika seorang wanita berpikir menikah dengan beda agama? kemakah dia harus taat? Alhasil hanya ada dua kemungkinan yang terjadi perceraian atau salah satu dari pasangan mengikuti agama pasangannya. Dan banyak yang terjadi adalah istri mengikuti agama suami. Karena wanita adalah subjek penderita.
Apakah Indonesia akan berkiblat kepada barat, atas nama HAM melegalkan perkawinan beda agama? Jika iya, maka kita akan tunggu berita selanjutnya seperti pelegalan perkawinan sesama jenis dan pelegalan-pelegalan lainnya dengan mengatasnamakan HAM.






Sunday, August 31, 2014

Kemanakah Ujung Cintamu?

       "Aku tidak ingin menikah" katanya tiba-tiba. Aku terdiam. Rasanya ingin sekali aku bertanya mengapa, tapi hati dan pikiranmu sepakat jika aku harus diam. Biarlah dia menyelesaikan perkerjaannya. Hingga hari ini aku masih berpikir tentang kata yang diucapkannya kemarin. Semoga saja itu hanya gurauan.
       Menikah, sebenarnya aku tidak berani menulis tentang hal ini karena I am still single. Hanya saja pembahasan tentang menikah sudah harus ada pada umurku yang sekarang. Dan aku tidak bisa mengelak saat ditanya "kapan nikah?" karena itu adalah pertanyaan yang wajar. Meskipun aku terkadang sebel juga ditanya kapan menikah? Didalam hati aku hanya bisa mendumel It is not your business. Nanti kalo sudah menikah pertanyaannya lanjut "kapan punya anak? kapan ini.. kapan itu? And you know what, I wanna ask them too "Kapan mati?" Just kidding.
      Yup... terkadang kita hanya bisa melontarkan pertanyaan tanpa memikirkan perasaan yang ditanya. Kita lupa pada konteks "menjaga perasaan". Aku mempunyai beberapa teman yang aku tahu mereka sangat ingin menikah hanya saja they haven't met their soulmate yet. Ketika mereka sudah menetapkan hati ingin menikah, ada saja cobaan hingga mereka batal untuk menikah. Ini disebabkan Mr. X mundur dengan alasan yang membuatku ingin menonjok mereka. Ingin berkhusnudzon tapi hati ini.. ah pria mudahnya kau menilai wanita hanya sebatas fisik mereka. Padahal Allah yang Maha Sempurna saja tidak pernah memperhatikan rupa sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk, rupa dan harta benda kalian, tetapi Allah memperhatikan hati dan amal-amal kalian.~ HR. Muslim 
       Cinta, chemistry, getaran, apakah benar-benar berawal dari rupa. Mungkin sebagian mengatakan hal itu, tetapi sebenarnya itu semu. Aku tidak pernah percaya adanya Love at the first sight. Cinta itu tumbuh karena adanya interaksi. Dan interaksi itu bukan dengan PACARAN apalagi hingga perbuatan ZINA. Na'udzubillah min dzaliik.   Back to the topic. Kemankah ujung cintamu? Aku pernah membaca sebuah undangan yang menuliskan "... kedua mempelai ini untuk menyatukan cinta mereka." Cinta..darimakah cinta itu berasal dan kemankah cinta berujung. Apakah seperti pepatah dari mata turun ke hati, atau... seperti kata-kata yang tertulis diundangan tersebut, cinta berujung ke pelaminan.

Kita mungkin tidak asing dengan kata SAMARA, sering banget kita mengucapkan kata tersebut saat ada teman yang menikah. Semoga kamu menjadi keluarga samara, Sakinah Mawaddah Warohmah.
Ada sebuah pernyataan dari seorang teman, guna penjajakan/pacaran adalah agar kita bisa lebih mengenal yang kelak bakal jadi suami kita.Dengan santai aku membalas perkataanya "menurutmu harus berapa lama kita melakukan penjajakan sampai kita memahaminya"
"Ya..sampai kita yakin" jawabnya.
"Kira-kira berapa lama?" tanyaku lagi.
"Tergantung, bisa cepat bisa lama, sampai kita yakinlah pokoknya"
"Kalo kita ngga yakin-yakin" timpalku.
"Ya..cari yang lain lagi lah"
Aku tersenyum "Kalo caranya seperti itu akan menyakitkan salah satu yang merasa dirugikan"
"Maksudnya?" tanyanya.
"Gini lho..si X melakukan penjajakan dengan si Y. Terus si X merasa tidak cocok dengan si Y, tetapi si Y merasa klop dengan si X. Jika si X memutuskan si Y, menurutmu gimana perasaan si Y?" asumsiku.
"Sakit hatilah"
"Nah..hal itu yang dihindari islam. Menyakiti hati saudaranya sesama muslim" kataku.
"Tapi bukannya kalo taaruf itu juga penjajakan toh" 
"Bedalah.. walaupun sekarang kata taaruf itu sering disalah artikan sebagai pacaran islami. Temanku yang cantik, yang namanya pacaran itu tidak ada dalam islam."
"trus?" tanyanya penasaran.
"taaruf secara harfiah mengenal. Kalo kamu ngga kenal harus taaruf kan? tapi pada proses pernikahan taaruf itu hanya sebatas mengenal nama dan sedikit ciri-ciri apakah itu dari segi fisik atau non fisik, ada juga yang melampirkan foto. Apabila setelah itu kedua orang yang dikenalkan setuju, maka ada lanjutkan proses yang disebut dengan nadzor. Seperti dipertemukan but  tidak hanya berdua layaknya pacaran. Yang nemanin boleh sodara, ustadz atau ustadzah, orang tua, pokoknya harus ada mahram, terutama bagi wanita."
"setelah itu?" tanya temanku semakin penasaran.
"Setelah itu, keputusan ada tangan keduanya. Lanjut pada tahap selanjutnya yaitu khitbah atau kata orang kita khitbah itu lamaran atau tunangan" jawabku.
"Jadi kalo salah satu ngga setuju, ngga ada proses lamaran?
"Yup"
"Kalo gitu kasihan dong dengan yang satunya, sakit hati juga kan?"
"Kecewa itu sunnatullah. Tapi kecewa itu pasti hilang. Percaya pada takdir Allah 'Azza wajalla. Allah pasti punya rencana dan siapa tahu dia yang kamu inginkan bukan berati yang kamu butuhkan. Sebagaimana firmanNya dalam QS. Al-Baqarah: 216, boleh jadi, kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui".
"terus yang harus dilakukan?"
"menjadi lebih taat, meningkatkan kualitas diri, hingga kelak dipertemuakn dengan jodah terpilih"
"tetap harus usaha mengenal juga kan?"
"Ya, tetap minta tolongin untuk ditaaruf lagi. Pokoknya pantang menyerah. Oh ya, lebih baik lagi jika yang mengenalkan adalah orang yang terpercay dan dapat jaga rahasia, agar kecewa dapat diminimalisir" jelasku.
"Fair, aku rasa cara ini memang tepat. Melihat situasi saat ini. Free sex, Married by Accident, suicide, bunuh diri gara-gara cinta ditolak, hingga dukun bertindak."
"Gara-gara. Cinta salah kaprah. ya ujung-ujungnya seperti yang udah kamu sebutkan" kataku mengakhiri diskusi.

      Cinta itu abstrak, dan tidak ada definisi yang tepat apa itu cinta. Tapi sebelum engkau memastikan itu cinta yang harus kamu rasakan adalah SAKINAH. Sakinah itu yang terkadang tidak dirasakan oleh mereka yang memulai dengan pacaran, ini kata seorang Ustadzah saat aku mengikuti kajian  kemuslimatan di kampus. Ada seorang akhwat bertanya mengapa ustadzah? Ustadzah menjawab sakinah itu artinya tenang, dan bagaimana mau tenang belum sah aja sudah merasa ngga tenang. Si dia ngga sms sehari udah dingambekin, bilang selingkuh, ini dan itu. Belum sah saja sudah selisih paham, apalagi jika sudah menikah, kata sang ustadzah. And I do agree with her. Karena banyak teman yang curhat tentang pacarnya selingkuh bahkan ada yang curhat suaminya selingkuh. Belum lagi pacaran buat ketagihan. Ini berasal dari narasumber yang pacaran ya... Menurut salah satu temannku mengapa setelah putus dia cepat dapat pacar baru, karena dulu waktu ada pacar malam minggu ada yang ngapelin, makan ada yang ngingatin, setiap bangun tidur dan kembali tidur lagi ada yang smsin, mau kemana aja ada yang nganterin. Saat udah putus dengan pacarnya, seperti ada yang kurang, dan cara untuk move on yaitu..cari pacar baru.
      Setelah sakinah, maka barulah muncul mawaddah. Mawaddah itu cinta. Kapan mawaddah hadir? mawaddah hadir dari proses khitbah (lamaran) hingga Walimah (pernikahan). Bagi yang memulai dengan proses taaruf, mereka menyimpan rapat rasa cinta itu, mereka tidak ngin jatuh pada cinta tetapi mereka membangunnya. Dibiarkan cinta tumbuh dibalut dnegan ketaatan kepada Allah.  Kesimpulannya, jika pacaran diawali dengan jatuh cinta, tapi kalo secara Islam, kita diajarakan untuk membangun cinta.
      Cinta itu akan terus tumbuh hingga menghadirkan rohmah (kasih sayang). Rohmah inilah kelak yang membuat kehidupan keluarga menjadi langgeng. Memang pernikahan yang diawali dengan pacaran juga pasti ada rohmah, tapi kemanakah kasih sayang diawali pacaran itu berujung. Neraka atau Surga. Kedua orang yang saling bertemu karena Allah, mencintai karena Allah. kemudian mereka saling menyayangi karena Allah, hingga Allah melimpahkan Barokah dalam keluarganya dan finally they reunite in jannah. Mereka berkumpul di surga. Sudah jelas dimana ujungnya, bukan? Ini karena mereka selalu menesahati dalam kebenaran dan kesabaran untuk selalu taat kepada Allah.
      Seperti kata Ustadz Salim A. Fillah, Abu lahab dan istrinya juga langgeng dunia dan akhirat. Dunia sama-sama memusihi nabi, dan di akhirat sama-sama kekal disiksa di neraka. So, kemanakah ujung cintamu?






Wednesday, August 20, 2014

Menunggu Keputusan MK

Hari ini pengumuan MK. Semua dag..dig..dug, termasuk mamak dan bapak. Dari awal sampai akhir mengikuti persidangan gugatan slah satu  capres di MK. Terkadang keduanya berdebat kecil..
Mungkin memang aku yang tidak tahan didepan televisi berlama-lama, atau mungkin jalannya persidangan yang aku rasa agak aneh.
Sebenarnya sih, udah dari awal pilpres ini aneh. Ini pendapat dari pribadiku. Lagipula aku tidak terlalu peduli siapa yang akan jadi presiden, Jokowikah itu.. Prabowokah... aku hanya bisa mendoakan semoga siapa yang terpilih dapat berkontribusi lebih baik dari presiden sebelumnya. Menjadikan Indonesia lebih baik dengan menepati janji-janjinya mereka saat kampanye.
Sebagai warga negara yang tidak boleh ikut mencoblos (ribet sih..aku disuruh kesana-kesini..sedangkan aku tidak tahu tempat yang harus aku tuju). Lagipula pak RT dimana aku bermukim saat itu sama sekali tidak peduli dengan anak kost. Alhasil, mostly anak-anak kos tidak mencoblos.
Kembali bahas tentang pilpres. Mengapa aku bilang aneh? Karena pilpres kali ini adalah pilpres yang saling menjatuhkan antara kedua kubu. Sampai ada yang berani potong k******* . Astaghfirullah, segitu fanatiknya. Belum lagi yang potong ini potong itu. Kata ini kata itu. Sindir ini sindir itu. Weleh-weleh bahkan ada yang bawa sikomo, pilpres kali  ini yang paling sering buat macet.
Well..sekali lagi aku hanya mendoakan. Bukan berarti aku tidak punya pilihan ya, karena pilihan itu hak. Semoga hari ini MK memberikan keputusan yang paling adil. Tidak berpihak pada slah satu capres. Jika itu terjadi..... kita lihat apa yang akan terjadi. :)

Sunday, May 18, 2014

Mencintai Dalam Diam

Kisah cinta Ali dan Fatimah adalah kisah cinta yang mungkin tidak   seromantis kisah cinta Romeo dan Juliet, tidak setragis kisah cinta Siti Nurbaya dan Samsul Bahri, ataupun cinta yang membuat gila seperti kisah Qais dan Laila. Tapi yang indah dari kisah Ali dan Fatimah adalah mencintai dalam diam, mencintai dalam ketaatan. Jika membaca shirah sahabat, bukan hanya Ali yang ingin meminang Fatimah. Sahabat yang paling dihormati dan ditakuti Umar bin Khatab pernah melamar putri bungsu Rasulullah SAW ini. Begitu juga Sahabat yang paling dermawan, Ustman bin Affan. Kedua orang yang dijanjikan sebagai penghuni surga ini ditolak. Mendengar keduanya ditolak, Ali bin Abi Thalib merasa tak percaya diri. Ali tak sekuat Umar dan Ali tak sekaya Ustman. Jadilah, Ali hanya berani mencintai dalam diam. Suatu hari, dalam lingkaran iman bersama para sahabat, ada yang menggoda. Mereka terus mendorong Ali untuk datang menemui Sang Nabi dan meminang putri kesayangan Beliau. Siapa yang menyangka, pinangan Ali diterima.
Diatas hanya sepenggal kisah Ali dan Fatimah. Kisah cinta luar biasa yang patut diteladani. Kisah cinta yang membangun iman, bukan kisah cinta yang membangun angan-angan. Beranikah kita mencintai dalam diam? Membangun cinta dalam keimanan? Menjaga diri hingga halal untuk seseorang yang datang meminang tanpa melalui proses pacaran. 
Hidup kita tak akan pernah seperti drama yang ditanyangkan di televisi. Jadi jangan pernah bahagia, saat datang kepadamu seorang laki-laki yang mengajakmu pacaran dan hanya memberi angan-angan. Seorang laki-laki yang membuatmu terpesona dengan kata-kata pujiannya. Pernahkah kamu berpikir, jika dia berani memujimu pastilah dia pernah memuji wanita lain juga. Jika dia mengatakan sayang padamu, pastilah bukan engkau seorang yang mendapat ungkapan sayang.  Begitu juga laki-laki, bangga kalau mendapat wanita yang diinginkan hanya karena mempunyai wajah cantik dan bodi aduhai. Memilih untung memandang yang haram daripada menjadikannya halal. Pernah kau berpikir? Salah satu penyebab perceraian terjadi adalah tidak kokohnya benteng rumah tangga karena mantan-mantan pacarmu yang tiba-tiba bertemu atau muncul dalam pembicaraan. Sebuah percakapan dengan teman tentang cewok mana yang dipilih sicewek.
"Kisah drama yang menyedihkan" kataku saat menonton. "Kok?" kata temanku bingung. "Wanita miskin kok direbutkan sama dua laki-laki kaya, ngga masuk akal lah. Udah itu sampe segitunya lagi...berusaha merebut hati si cewek agar mau jadi pacarnya?". "Kalo menurutmu sicewek akhirnya dengan siapa?" tanya temanku. "mending sicewek jadi cewek JOSH" jawabkku. "JOSH?" tanya temanku.
Khusus jombloer, mengapa kalian membimbangkan jodoh yang tak kunjung datang hingga memutuskan untuk mencari dengan cara yang salah. Apakah kalian tidak percaya dengan takdir Allah? tidak percaya bahwa Allah telah mempersiapkan pasangan yang tepat untukMu. Seperti kata-kataNya dalam Q.S Ar-Rum yang selalu dikutip dalam undangan pernikahan. Dia telah menciptakan pasangan dari jenismu supaya kamu cenderung merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya rasa kasih  dan sayang. Jika kita merenungi ayat ini maka kita tidak akan berani mencoba-coba dengan membangun komunikasi yang memungkinkan setan menyisipi kata-kata yang membuat zina hati hingga zina-zina lainnya.
Mengapa kau tidak memilih JOSH alias JOmblo Sampai Halal. Mencintai dalam diam tapi pasti daripada mencintai dengan terang-terangan namun penuh angan-angan. Percayalah, jodohmu tak akan tertukar. Tulang rusukmu pasti telah dipersiapkan. Hanya saja menantilah dalam diam, dalam ketaatan. Ikhtiar dilakukan dengan cara yang baik. Jangan pernah memberi harapan yang belum bisa kau lakukan. Karena dia yang kau cintai secara terang-terangan belum tentu kelak akan menjadi pasanganmu yang halal. Kau tidak pernah tahu apa yang Allah siapkan untukmu. Jodohmu mungkin tetanggamu, jodohmu mungkin sahabat baikmu, jodohmu mungkin seseorang yang baru kau temui, jodohmu mungkin teman kantormu, dan jodohmu mungkin masih menunggumu, mencintaimu dalam diam. Persiapkan diri hingga si dia yang ditakdirkan akan menjadi teman sejati yang halal bagimu. 



Saturday, May 17, 2014

Sandal Aisyah


Aisyah berjalan pincang. Mengelilingi persimpangan lampu merah. nyeker, tanpa alas kaki. Ia terduduk, melihat telapak kaki yang merah terkelupas karena bergesekan dengan aspal panas. Ia meringis sakit karena perih. Rasanya ingin teriak, meraung cengeng seperti anak-anak seumurnya.  Namun hal itu tidak mungkin, hanya isak kecil dan tetes air mata menahan sakit yang keluar. Aisyah harus tegar demi mengejar setoran.
            Ia duduk di trotoar untuk menghitung uang hasil mengamen. "cuma tujuh ribu dua ratus" lirihnya. Lagi-lagi ia mringis meringis. Perih. Tapi ia usahakan untuk berdiri "Aku harus ngamen lagi agar bisa dapat diatas tiga puluh ribu. Tiga puluh ribu untuk setoran dan sisanya aku bisa nabung untuk beli sandal" katanya dengan suara parau menahan perih kakinya.
            Tiga puluh ribu adalah setoran yang harus didapat oleh si kecil Aisyah. Ia tak berharap barbie. Ia juga tak ingin baju baru. Ia hanya perlu sandal sebagai alas kaki. Dulu, Aisyah mempunyai sepasang sandal. Sandal jepit bergambar bunga-bunga. Sandal itu hadiah dari ibunya. Tapi sandal itu telah hilang terbawa arus sungai. Setiap melihat seorang anak yang memakai sandal jepit bunga-bunga, Aisyah sedih dan teringat hadiah terakhir ibu sebelum meninggal.
            Aisyah adalah anak yatim piatu. Ibunya baru sebulan meninggal dan ayahnya meninggal saat ia berumur setahun. Tak lama ibunya meninggal, kampung Aisyah dilanda banjir dan menghancurkan rumah kecilnya. Entah bagaimana ia bisa terpisah dari rombongan pengungsi dari kampungnya. Tapi kini ia hidup bersama anak-anak jalanan yang ditampung Bang Amat.
            Di sebuah rumah tua berantakan dan tak berpenghuni, Aisyah tinggal. Rumah yang dipagari ilalang tinggi dan lumut yang hampir menutupi seluruh dinding menawarkan hawa kengerian bagi yang melihatnya. Tak ada yang berani mendekat kecuali Bang Amat, sekutunya dan anak-anak jalanan yang dipekerjakan.
            Aisyah berdiri lagi. Kakinya telah di kompres dengan es batu. Kini ia menggunakan kantong kresek yang dipungutnya ditong sampah jalan. Ia membungkus kedua kakinya dengan kantong kresek sebagai pengganti alas kaki. Kemudian kembali berkerja menuju simpang-simpang lampu merah dan bernyanyi.
            Memang nasib menjadi anak jalanan. Pandangan buruk banyak ia dapatkan. Bahkan lebih parah, meskipun ia mengamen tapi statusnya sering disamakan dengan pengemis. Orang-orang dijalan hanya menganggap Aisyah berpura-pura membungkus kaki agar dikasihani. Tak sedikit mengatakan ‘tidak’ dan pura-pura tidak melihat. Namun ia tetap tersenyum meski ditolak. Terus berjalan mengamen tanpa alas kaki demi setoran, uang makan dan membeli sandal jepit bunga-bunga.
            "Ibu, mengapa engkau pergi dengan cepat? Maafin Aisyah ya bu, tak bisa menjaga sandal jepit bunga-bunga hadiah terakhir ibu, semuanya hanyut terbawa arus sungai" Ujar Aisyah sedih ketika melihat seorang anak menggunakan sandal seperti miliknya sedang bercengkrama bahagia dengan sang ibu. Aisyah ingat benar, saat arus sungai yang kuat menghancurkan kampung termasuk rumah dan menghanyutkan sandal jepit kesangannya. Untungnya ia selamat dan seorang preman bernama Amat menemukannya.
****
            Terseok-seok Aisyah berjalan menelusuri gang-gang dan perkampungan kecil di pinggir sungai. Terkadang ia singgah di salah satu tangga yang digunakan warga untuk turun ke sungai. Duduk dan makan ditangga sambil merendam telapak kakinya yang pecah-pecah penuh luka. Air sungai cukup meredakan sebentar keperihan yang dirasakan olehnya.
            Dirumah tua yang kotor dan lantai dengan hamparan kertas-kertas kardus, bang amat dan anak buahnya telah menanti. Telah antri teman-teman yang senasib dengan Aisyah. Masing-masing menyerahkan setorannya. Dan suara bentakan bang amat kerap terdengar jika mereka membawa setoran kurang atau ada yang mencoba menipunya.
            "Aisyah, sini sayang" panggil bang Amat. "Mana setorannya" lanjutnya ramah dan semua tahu itu akan jadi amarah jika setoran kurang.
            Aisyah dengan takut-takut maju mendekati bang amat. Dikeluarkannya kantong berisi uang receh dan beberapa ribuan. "Ini bang" kata Aisyah sambil menyerah kantongnya.
            Bang Amat menghitung uang setoran Aisyah. "Hei, aku heran dengan kamu, Aisyah" ujarnya.
            "He..heran kenapa bang?" tanya Aisyah gugup, takut bang Amat mengamuk.
            "Mengapa setoran uangnya pas, mana lebihnya. Kau sembunyikan ya.." bang amat berkata curiga. Di perhatikannya dengan seksama Aisyah. Hingga dilihatnya kaki Aisyah yang lecet.
            "Se..sebenarnya ada lebih se..sedikit bang. Tapi aku ingin beli sa..sandal jadi u..uangnya a..aku ta..tabung" jawab Aisyah ketakutan. Ibu mengajarkan Aisyah untuk selalu jujur. Kata Ibu jika kita jujur maka kita akan selamat.
            Bang Amat mengangguk. Ia diam dan berpikir. Raut mukanya tidak tampak wajah marah seperti dibohongi atau mendapat setoran yang kurang. Tapi diluar dugaan Aisyah, bang Amat malah menyuruhnya terus nyeker agar orang-orang lebih iba dan hasil yang didapat lebih banyak. "Mengapa kau tak terus saja menyeker seperti ini. Sandal akan menghambat kau mendapatkan uang. Sini, beri aku uang tabunganmu" katanya.
            "Ti..tidak bang. Aku ingin membeli sandal yang sama dengan sandal yang dibelikan oleh ibuku" kata Aisyah. Akhirnya ia berani membantah bang Amat.
            Mendapat penolakan dari Aisyah, bang Amat memanggil tangan kanannya untuk mengawasi Aisyah. Mencari dimana uang tabungan yang disimpan oleh Aisyah. Ia tak mau meminta secara paksa karena Aisyah adalah anak baru. Ia khawatir jika ia membentak Aisyah akan kabur. Dan itu mengurangi pendapatanya.
            "Oh, kau masih punya ibu rupanya" kata bang Amat. Dia memang tidak tahu mengenai asal-usul Aisyah. Ketika ia menemukan Aisyah yang tekatung dijalan, ia hanya menawarkan Aisyah tempat tinggal dan makanan. Aisyah yang baru berumur sepuluh tahun merasa senang karena bisa punya tempat tinggal dan makan. Tapi dia tak pernah menyangka akan disuruh bekerja di jalanan.
            "Ibuku sudah meninggal bang. Tapi meskipun ibu telah tiada tapi ia tetap hidup dalam hatiku" ujar Aisyah dengan rasa takut yang telah diusirnya, menunjuk dadanya meyakinkan bang amat bahwa ibu selalu hidup dalam hatinya.
            "Baiklah. Tidur sana kau" perintah bang Amat. "Jangan lupa sebelum tidur, kompres kakimu. Supaya besok, kau tetap bisa bekerja" lanjutnya.
            Seperti biasa gedung tua tempat Aisyah bernaung riuh. Meskipun begitu, cahaya lampu yang remang dan udara yang lembab memanjakan anak-anak lainnya untuk tertidur pulas. Semua tidur karena kelelahan. Yang terdengar hanya suara gombalan bang Amat yang menelpon kekasihnya dan suara ribut anak buah bang Amat yang mabuk. Suara dengingan nyamuk di telinga dan decakan cicak juga turut meramaikan pendengran Aisyah. Belum lagi dengkuran anak-anak yang sangat kelelahan seharian mengelilingi lampu merah. Semua mengalun menjadi satu simponi gedung tua berlumut.
             Aisyah tak dapat menutup mata. Bukan karena kakinya yang perih tetapi uang tabungan yang ia tabung selama sebulan sudah cukup untuk membeli sandal. Ia dan Farhan, temannya, telah merencanakan pelarian diri saat uang Aisyah telah cukup untuk membeli sandal jepit. Mereka tahu siasat bang Amat dan lambat laun uang tabungan itu akan dirampasnya.
****
             Pagi ini hujan gerimis menyertai. Semua anak jalanan sudah siap bertugas. Meski mata masih mengantuk dan badan yang ingin lebih lama bermalas-malasan, namun rasa takut pada bang Amat dan sekutunya mengalahkan semuanya. Mulut yang terus menguap dengan berjalan agak lunglai, mereka turun menelusuri gang-gang dan perkampungan kecil menuju lampu-lampu merah. Tak ada yang berani singgah atau berbelok arah karena anak buah bang Amat sigap mengawasi.
            Malam tadi, ketika semua telah tertidur, Aisyah dan Farhan bangun untuk membuat rencana. Tak ingin seperti ini selamanya. Tak ingin jadi gelandangan. Tak ingin jadi anak jalanan. Sudah cukup mereka merasakan hidup bagai neraka. Menerima celaan dan meminta rasa iba atas penderitaan yang dirasakan. Menghadapi skeptisme orang-orang yang kadang mengira mereka mau mencuri.
            “Sah, nanti aku akan mengalihkan perhatian bang Samsul dan bang Jaka. Saat mereka mengejarku, engkau cepat-cepat kabur. Kamu masih ingat tempat untuk bersembunyi yang waktu itu aku tunjukkan?” jelas Farhan. Farhan telah menganggap Aisyah seperti adiknya. Umur mereka terpaut lima tahun.
            “Iya bang” jawab Aisyah mengerti. “Nanti kita bertemu dimana?” lanjutnya bertanya.
            “Tempat yang aman. Rumah Allah. Kau beli saja sandal jepit bunga-bunga yang kau inginkan di toko dekat terminal. Aku pernah melihatnya dipajang disana. Setelah itu, pergilah keselatan. Disana ada sebuah masjid. Hanya di sana kita aman” jawab Farhan.
****
            Aisyah mencoba berbelok. Ada rasa takut dan ragu. Tapi keyakinan untuk kabur hari ini lebih tinggi dari rasa takut tersebut. Mencari celah agar terhindar dari pandangan para anak buah bang Amat yang terus mengawasinya. Sulit baginya untuk bergerak karena kali ini bang Samsul dan bang Jaka ekstra mengawasi Aisyah. Mereka telah menerima perintah dari bang Amat untuk mencari tahu dimana anak kecil itu menyimpan uang tabungannya.
            Tapi mereka terkecoh oleh Farhan. Aisyah  berhasil menyusup ke perkarangan salah satu warga yang Farhan tunjukan. Sedangkan, Farhan terus mengalihkan dua preman dengan berlari secepat mungkin. Dasar preman bodoh. Mereka lupa tugas utama mengawasi Aisyah. Mereka fokus pada Farhan yang kini juga telah hilang, bersembunyi kedalam tempat sampah.
            Aisyah merunduk bersembunyi diantara pagar dan gundukan karung pasir. Badan yang kecil memberi keuntungan baginya saat anak-anak buah bang Amat sadar mereka kehilangan Aisyah. Mereka kembali mencari Aisyah. Asiyah lebih penting dari Farhan. Jika besar Aisyah bisa menghasilkan uang yang lebih banyak lagi disbanding Farhan.
            Masih terdengar gema dari suara kedua pria besar memanggil nama Aisyah. Namun Aisyah tetap bertahan di persembunyianya hingga suara itu menghilang. Aisyah bangun dari persembunyiannya dan melihat sekeliling, mengecek apakah bang Samsul dan bang Jaka masih berada di sekitar ia bersembunyi. Situasi aman terkendali. Mereka telah pergi.
            Kaki yang masih perih kini hanya terasa seperti digigit serangga. Senyum merekah dibibir mungil Aisyah. "Aku berhasil" katanya. "Aku berhasil" kata Aisyah lagi dengan ekspresi yang lebih bahagia. Sifat anak-anaknya muncul kembali. Aisyah melompat-lompat. Aisyah menari. Aisyah tertawa dan tak berhenti bersyukur mengatakan bahwa ia berhasil. Hingga pemilik rumah terbangun dan mengusirnya.
            Aisyah terus berjalan menuju terminal. Tujuannya pertamanya adalah sebuah toko didekat terminal. Toko itu menjual sandal jepit bunga-bunga seperti yang dikatakan Farhan. Ia membeli sandal dengan motif bunga-bunga yang ternyata tinggal satu. Meskipun agak besar dan tak sama dengan sandal jepit yang diberikan oleh Ibu tapi Aisyah bahagia dia telah berhasil membelinya. Sandal jepit bunga-bunga yang memotivasinya untuk bertahan meski hidup sebagai anak jalanan.
            Kini tujuan berikutnya adalah masjid. Hanya masjid yang tak pernah dikunjungi bang Amat dan sekutunya. Dengan senyum merekah dan sepasang sandal jepit bunga-bunga baru, Aisyah berjalan. Di mesjid sebelah selatan terminal, Farhan telah menunggu

Antara IPK dan Aktif di Organisasi


Saat belajar bersama di kost, seorang adik yang juga salah satu penghuni kost bertanya tentang apa yang lebih penting IPK atau aktif di organisasi di kampus. Suatu hal yang membingungkan dan hal ini biasanya dirasakan oleh semua mahasiswa baru. Ada kegalauan antara harus belajar dengan giat agar IPK bagus atau aktif di organisasi. Bagi mereka dunia kampus adalah berbeda. Saatnya mereka melepas seragam putih abu-abu dan mulai mencari jati diri.
            Belajar pada tingkat universitas khususnya tingkat S1, kita akan dihadapi dengan kuliah dan organisasi. Ketika dibangku SMA, nilai selalu jadi prioritas utama dan organisasi hanya menjadi kegiatan tambahan bagi siswa. Hal ini berbeda dengan aktifitas di universitas dimana sering terjadi ketimpangan antara kuliah dan organisasi. Akibatnya banyak organisator yang drop out dan banyak juga mahasiswa yang kelak canggung turun kemasyarakat karena kurang berpengalaman dalam bersosialisasi.
            Memasuki dunia kampus, mahasiswa baru akan diperkenalkan dengan berbagai macam organisasi baik dari internal kampus maupun dari eksternal kampus. Mulai dari organisasi yang bergerak di politik, akademik, keagamaan, ekonomi, sosial, seni, budaya, penyiaran, tulis-menulis, pencinta alam dan lingkungan. Mahasiswa bebas memilih organisasi yang mereka minati. Dan mereka juga berhak memilih untuk tidak bergabung dengan organsasi apapun.
            Tawaran untuk bergabung dalam organisasi saat memasuki ranah kampus akan terus mengalir. Bukan hanya ketika kita baru menjadi mahasiswa, tetapi ketika sudah menjadi senior tawaran itu tetap ada. Tidak semua organisasi itu buruk karena yang buruk adalah bagaimana manajemen diri kita. Dan tidak semua mahasiswa yang bergabung dalam organisasi akan memperoleh IPK nasakom (nilai satu koma) atau menjadi anggota MPK (Mahasiswa penghuni kampus). Banyak juga mahasiswa berprestasi namun tetap gigih organisasi. Kembali pada manajemen diri dan motivasi diri.  Dua hal ini adalah kunci sukses dalam penempaan diri baik.
            Kampus sering dianalogikan sebagai miniatur kecil dari negara. Oleh karena itu bergabung di organisasi dianjurkan untuk mahasiswa. Organisasi tidak saja menampung minat, melaksanakan event atau kegiatan tetapi organisasi juga secara tidak langsung mengajarkan mahasiswa berpolitik. Di organisasi, mahasiswa juga belajar bersosialisai dengan mahasiswa lainnya baik pada tingkat program studi, fakultas maupun universitas. Organsasi juga dapat menjadi modal ketika terjun di masyarakat, terutama organisasi eksternal kampus yang biasanya melakukan kegiatan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Banyak yang dipelajari di organisasi tetapi tidak kita dapat di ruangan kelas saat proses perkuliahan terjadi.
            Sayangnya ketika bergabung dalam organisasi, mahasiswa sering menomorduakan kuliah. Meskipun pada awal masuk tujuan utama adalah kuliah, namun organisasi terkadang dapat berubah menjadi prioritas saat telah bergelut didalamnya. Banyak yang lebih suka berkumpul untuk rapat dari pada masuk kelas mengikuti kuliah. Ketimpangan ini membagi dua jenis mahasiswa. Jenis yang pertama adalah mahasiswa kupu-kupu. Kupu-kupu berarti kuliah-pulang dan kuliah pulang. Sebuah analogi untuk mahasiswa yang fokus kuliah. Jenis yang kedua yaitu mahasiswa kura-kura. Kura-kura berarti kuliah-rapat, kuliah-rapat. Jenis yang ini menganalogikan mahasiswa yang sibuk antara kuliah dan organisasi. Jenis kura-kura inilah yang terkadang memprioritaskan organisasi dan terkadang lebih mengutamakan rapat daripada kuliah.
            Kembali ke pertanyaan awal apakah yang lebih penting IPK atau organisasi. Seberapakah penting IPK? Dan seberapa penting organisasi? Dua pertanyaan ini seharusnya menjadi pertanyaan dasar yang harus diajukan pada diri kita. Hal ini diharapkan agar tidak terjadi ketimpangan tetapi keseimbangan antara kedua hal ini. IPK bagus, lulus tepat waktu dan organisasi OK.
            Motivasi dalam melakukan sesuatu dapat menjadi alarm yang mengingatkan ketika ketimpangan itu terjadi. Apa motivasi awal kita kuliah? Apa motivasi kita mengikuti organisasi? Kedua motivasi antara kuliah dan organisasi haruslah jelas. Contohnya kuliah, ada yang awalnya mempunyai motivasi kuliah untuk mendapatkan pekerjaan lebih baik sehingga kita belajar keras agar dapat masuk di program studi yang kita minati dan terus belajar agar IPK tinggi dan lulus tepat waktu. Sedangkan contoh dari motivasi mengikuti organisasi yaitu ingin menjalin relasi yang lebih luas dan menambah pengalaman. Selain motivasi yang berasal dari diri sendiri, ada motivasi yang datang dari lingkungan kita yang disebut dengan motivasi ekstrinsik. Motivasi ini biasanya berasal dari keluarga yaitu orang tua. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya berhasil. Dan terkadang keberhasilan itu diukur dengan lulus tepat waktu dan IPK yang baik.
            Kesimpulannya, tidak ada pilihan yang tidak beresiko. Motivasi dan manajemen diri menjadi solusi dari resiko tersebut. Manajemen diri yang baik dan motivasi yang kuat  akan menjadikan kita mahasiswa hebat. Sedangkan keraguan-raguan antara IPK dan organisasi dapat menjadi penghambat kesuksesan. Lagipula untuk memperoleh beasiswa atau suatu pekerjaan, bukan hanya IPK yang menjadi syarat tetapi juga pengalaman berorganisasi. Organisasi melatih kita menjadi pemimpin sedangkan prestasi di proses perkuliahan akan memperluas keilmuan. Mengutip status FB-nya motivator muda Setia Furqon Kholid:
Kuliah, jangan sekedar kuliah
Kuliah harus punya gairah
Nggak sekedar lelah
Atau menggugurkan tanggung jawab dan rasa bersalah
Harus ada tujuan disana
Harus ada manfaat disana
Harus ada karya disana
Karena kita dikenal, bukan dari seberapa panjang gelar yang dipasang
Tapi seberapa mampu mempertanggungjawabkan ilmu yang berkaitan dengan gelar yang disandang
Ijazah sarjana bukan artinya jalan tol untuk mudah bekerja
Tapi sejatinya nya amanah untuk jadi orang yang berguna
Toga dikenakan bukan puncak kesuksesan
Karena hakikat sukses sejati saat kita diwisuda di akhirat sana
Tak seperti nilai di dunia yang masih bisa diubah
Namun sejatinya, di akhirat parameter kesuksesan diukur
dari seberapa benar dan baik kita menjalani hidup di dunia
Semoga kita bisa menjadi mahasiswa yang sukses,
bukan hanya di dunia, tapi juga selamat di akhirat.
Aamiin

Malas???

Bingung mau nulis apa. Tapi pengen nulis. Ini akibat telah lama ngga nulis. 2 tahun ngga berkarya, ngga buat tulisan, ternyata melemahkan syaraf otak untuk menulis. What a worse!!! Habit, habit and habit. Kata ustadz. Felix jika ingin membentuk habit yang baik harus dengan repetisi alias pengulangan. Tapi... yang nama ngulang itu ada penyakit yang selalu mengikuti, penyaki M-A-L-A-S. Penyakit ini yang sering menghinggapi dan susah sekali untuk diusir. Hus..hus..malas pergilah.. (seandai malas itu kucing). :)
Padahal, Allah SWT selalu mengingatkan didalam QS. Al-Hasyr (59) ayat 18, yang isinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Pertama kali terenyuh dengan ayat ini saat pertemuan membahas dakwah sospol di kampus, tepatnya di fakultas hukum. Seorang senior membacakan ayat ini sebagai pembuka presentasinya. Yup... hendaklah kita memperhatikan apa yang kita perbuat untuk hari esok. Meskipun redaksi terjemahan surat tersebut yang dimaksud hari esok adalah akhirat, tapi menurutku tergantung NIAT. Apapun yang kita niatkan untuk Allah, maka akan berinvestasi untuk akhirat.

Hus Malas...Pergilah jauh-jauh dariku dan dari sahabat-sahabatku yang baca tulisan ini. Oh ya..selain motivasi Akhirat, sang Nabi juga telah mengajari kita Do'a pengusir malas. Bagi yang rajin membaca Al-Matsurat pagi dan petang pasti penyakit malas ngga  menjadi penyakit akut. Doanya mudah kok..
Allohumma inni a'udzubika minal hammi wal hazan, wa a'udzubika minal 'ajzi wal kasal, wa a'udzubika minal  jubni wal bukhlii, wa a'udzubika min ghalabatid dayni wa qohrir rijaal.
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa gelisah dan sedih, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan bakhil, dari tekanan hutang, dan kesewenang-wenangan orang.(HR. Bukhari)
So..so..masih Malas. Jangan jadikan rasa malas sebagai penyakit akut... And for me!!! Ganbate!!! Thesis must be done asap!!!