RSS

Friday, October 3, 2014

Coretan Kecil Menjelang Pernikahan

Better late than never. Dulu, saya sering sekali ditawari buku-buku pernikahan. Tetapi tawaran hangat itu selalu ditolak. Saya lebih suka membaca buku-buku cerita yang memotivasi, seperti halnya shirah Rasulullah dan para sahabat, dan cerita hidup para Salafus shalih. Dan sekarang, saat waktu itu tiba, buku pernikahanpun mengisi bacaan harian. Semakin menyelami  buku-buku pernikahan, saya menyadari betapa sombongnya diri saya dahulu. Dengan mengatakan takut galau, alasan untuk menghindari ilmu tentang munakahat.
Belum dalam saya menyelami sebuah karya dari seorang Ustadz, saya telah melihat keindahan ilmu yang membuat saya ingin melekatkan beberapa hikmah dari bacaan singkat di blog ini. Seperti biasa saya menulis coretan kecil disini agar saya tidak lupa.
Bercerita tentang taaruf sejati. Bagaimana setiap pasangan ingin dimengerti, apakah itu suami atau istri. Dari sedikit yang saya baca barulah saya mengerti betapa cueknya para adam. Disaat hawa memerlukan seseorang yang ingin mendengarkan ceritanya tapi mereka sibuk dengan gadget, sibuk dengan bacaan, dan sibuk dengan pekerjaan. Mereka hanya mendengar tetapi tidak MENDENGARKAN. Terkadang mereka tertidur saat istri bercerita. Atau memotong setiap kalimat yang diungkapkan istri. Saya setuju dengan apa yang dituliskan dibuku yang saya baca. Tak heran jika ada istri curhat pada orang lain contohnya tetangga atau didunia maya, karena suaminya tak peka terhadap perasaannya. Beruntung bagi para suami yang mendapat istri yang tertarbiyah, seorang istri yang paham akan agamanya, maka dia tidak akan sembarangan menceritakan nestapa yang dirasa, jika gundah tak mampu ditahan maka dia akan mencari orang yang tepat untuk diajak cerita.   
Meskipun begitu, kesalahan tidak hanya pada pria. Saya juga menyadari betawa cerewetnya kaum hawa. Dari mulai suka mengatur hingga hobbi ikut campur. Dari buku ini saya menyadari bahwa ada saatnya pria ingin menyendiri. Ada saatnya suami ingin mencari solusi bagi masalah mereka tanpa campur tangan istri. Ada saatnya mereka ingin mandiri. Saat suami tak ingin bercerita tentang masalahnya atau masih belum ingin berbagi, maka tugas sang istri hanya diam jika sang suami masih tak ingin bercerita. Cobalah mengerti dan jangan sok memberi saran. Karena yang suami inginkan adalah ketenangan. Jika sang istri memaksa suami bercerita maka hal itu mungkin menjadi tekanan bagi suami. Bahkan, dia bisa kesal dan marah. Biarkanlah mereka berpikir sendiri. Hal ini bukan suami lari dari istri ujar sipenulis yang menguutip kata seorang syeikh, tapi ini bersifat naluriah, dan hendaklah istri memahami hal tersebut. 
Dari sedikit yang saya dapatkan, saya mengerti betapa pentingnya belajar memahami ilmu berkeluarga dari sejak dini. Bukan masalah galau, tetapi mempersiapkan diri untuk lebih matang adalah lebih baik. 

Pontianak, 3 Oktober 2014
20 hari menjelang hari H

Seorang istri seperti GELOMBANG. Kemampuannya mencintai seseorang naik dan turun sesuai apa yang DIRASAKANNYA dalam HUBUNGAN. Seorang suami seperti KARET GELANG. Ia secara otomatis berubah-ubah antara membutuhkan KEDEKATAN dan KEMANDIRIAN ~ Ust. Salim A Fillah



0 comments:

Post a Comment