RSS

Tuesday, September 9, 2014

Untitled


Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Meneliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr :18)

Raut wajah Maria tampak kusut. Sepanjang jalan Jogja-Solo, didalam pramex yang melaju, Maria gelisah. Di gerbong wanita ini, Maria mendapat sebuah pelajaran. Pelajaran yang telah menyentuh dasar hatinya. Hatinya berkecambuk mengenang perkataan Aisyah. Sekali-kali Maria melirik ke Asiyah yang sibuk dengan Tilawahnya."Syah..kamu ngga malu ya baca Qur'an ditempat umum" tanya Maria pada sahabatnya ini.
Aisyah menggenapkan bacaannya. Dia menarik nafas pelan dengan lembut menimpali pertanyaan Maria "Mengapa harus malu Ria?"
"Hari gini gitu loh... jaman gadget. Liat deh, hampir semua penumpang digerbong ini sibuk dengan hape atau tablet" ujar Maria.
Aisyah tersenyum "Ria, jika semua orang sibuk dengan gadget... maka aku memilih sibuk dengan Al-Qur'an. Karena kelak... yang menyelamatkan kita...yang menerangi kuburan kita..bukanlah gadget yang kita banggakan kecanggihannya, tetapi Al-qur'an yang kita baca" jawab Aisyah.
Maria mengangguk-ngangguk. Dalam benaknya, Maria membenarkan kata-kata Asiyah. Saat ini rasa peduli sudah hampir sirna. Sejak gadget menjadi barang primier bukan lagi sekunder ataupun trier. Social network menjadi tempat silaturahmi sehingga berkunjung ketempat sahabat dianggap kurang perlu. Belom lagi dinding facebook menjadi sampah-sampah keluhan berbagai masalah, doa-doa yang dilantunkan lebih indah di facebook atau twitter daripada di depan Tuhannya. Bangun tidur yang dicari gadget sampai mau tidur lagi gadget.
"Ria..ria.. kok melamun?" Aisyah membuyarkan lamunan Maria.
Maria nyengir "ngga, Aku hanya mikirin kata-katamu tadi lho.
"Oh...jangan dipikirkan lagi. Akhirat itu kekal dan pasti ria... dunia ini..." Aisyah menghentikan perkataannya.
"Dunia ini kenapa syah?" tanya Maria penasaran.
"Dunia ini..hanya sementara. Jika kita hitung ya... kita hidup di dunia hanya 2 menit 1 detik lho. Makanya jangan disia-siakan. Kita tahu kalo hidup di dunia ini sementara, tapi kita memaknainya salah. kita selalu bilang karena hidup di dunia ini sementara harus dinikmati. Alhasil kita senang-senang dan melupakan AL-Qur'an dan Sunnah sebagai petunjuk dunia menuju akhirat" jelas Aisyah panjang lebar.
"Tunggu..tunggu.. maksudnya 2 menit 1 detik itu.ngitungnya gimana?" tanya Maria semakin penasaran.
"Masih ingat teori relativitas Einstein?"
"iya. e=Mc2" jawab Maria
"Pernah dengar kata cantik dan tampan itu relatif?"
"iya..tapi apa hubungannya cantik dan tampan dengan teori relativitas" desak Maria.
Asiyah tersenyum "sama-sama relatif." jawabnya.
Maria merengut. Rasanya jawaban yang diberikan oleh Aiyah belumlah menjawab semua rasa penasarannya. "Ayo dong syah... serius ni" desaknya lagi.
"Aku seribu rius" jawab Aisyah membuat Maria semakin gemes.
Perjalan kereta sudah mencapai stasiun Klaten. Beberapa wanita keluar dan beberapa penumpang wanita naik terburu-buru karena pintu gerbong segera ditutup. Lagi, pandangan Maria terpaku melihat beberapa dari mereka yang baru sjaa naik kereta langsung mengeluarkan gadget . Masing-masing dibuk dengan gadgetnya. Kereta kembali melaju. "Syah... plis deh ah serius" bujuk Maria untuk melanjutkan omongan mereka tadi.
"Gini lho, teori relatifitas itu kan menyatakan waktu bersifat relatif tergantung pada acuannya. Relativitas khusus, postulat 1 lho..." Ujar Aisyah.
"Iya, aku ingat" jawab Maria
"Einstein menjelaskan relativitas waktu di dunia, dan Rasulullah menjabarkan perhitungan di akhirat."
"coba jelaskan lebih rinci?" tanya Maria semakin penasaran.
"Rata-rata hidup manusia didunia diperkirakan kurang lebih dengan umur Nabi Muhammad Shollahu 'alaihi wa sallam hingga akhir hayatnya, yaitu 63 tahun. Jadi umur kita sekitar 60-70 tahun. Kita analogikan umur manusia adalah 70 tahun. Waktu padang masyhar di akhirat sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an Surah Al-Ma'arij ayat 4 dan Hadist Rasul adalah 50.000 tahun. Jadi 1 hari di dunia sama dengan 50.000 tahun diakhirat. Jika kita hitung secara matematis maka kita dapat mengetahui berapa lama kita hidup di dunia." jelas Aisyah panjang lebar. Aisyah mengeluarkan note kecil dan sebuah pen dari tasnya. Aisyah kemudian mencorat-coret dikertas note tersebut bersama Maria.

50.000 = 1 hari, 
70 tahun = x hari 
 maka x (hari) = (70 tahun / 50.000)x 1 tahun x = 0,0014 hari , 
 1 hari jika dijadikan detik = 24 x 6 x 60 = 86400 
maka  0,0014 hari = 0,0014 x 86400 detik = 120,96 detik
Maria mengangguk. "Berarti waktu kita di dunia snagat singkat ya" ujarnya. Maria tampak berpikir menganai 120.96 detik, apabila diganti jandi menit maka hidup di dunia hanya 2 menit 1 detik. Perantauan yang singkat, pikir Maria.

"Singkatkan?" Tanya Aisyah, matanya tak lepas dari memandang keluar jendela gerbong. "Makanya, aku tidak ingin menjadi ketergantungan pada gadget atau jaringan sosial. Nunggu loadingnya aja udah bermenit-menit. Masalah lainnya kalau kita tidak bisa mengendalikan diri" ujarnya.

Maria ikut melihat keluar, dia mengerti mengapa sahabatnya dari dulu tidak mengganti hpnya. Maria ingat kata Aisyah saat menemaninya membeli hp, yang penting bisa nelpon dan sms. Kereta api melambat karena sebentar lagi mereka akan sampai di stasiun Balapan, Solo. Maria dan Asiyah bersiap-siap turun.    


Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada (malaikat) yang menghitung. Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui (QS Al Mu’minuun : 112-114)
       







 

0 comments:

Post a Comment