RSS

Saturday, February 4, 2012

Saat Menunggu Hujan

Ini adalah kisahku. Ku harap dapat berbagi denganmu karena sudah seharusnya kita mengambil hikmah dari segala kejadian. Kita diberi mata untuk melihat dan mengambil hikmah dari apa yang kita lihat. Kita diberi telinga untuk mendengar dan mencerna dengan baik yang kita dengar. Kita diberi mulut untuk berbicara dan mengungkapkan kebaikan. Dan kita diberi akal pikiran untuk merenungi setiap hikmah dalam kejadian.
Menunggu hujan sambil melihat air sungai yang terus naik. Aku berpikir. Ya Allah, ternyata jika salah satu bagian bumi ada yang sakit maka belahan bumi lainnya ikut merasakan sakit. Di sebelah barat kebanjiran maka timur pun di guyur hujan. Karena bumi menangis, menangisi bagiannya yang sakit. Sama halnya dengan muslim. Sudah seharusnya ketika saudaranya sakit, ia turut merasakan. Ia wajib menjenguk sahabatnya dan menghiburnya. Mendoakannya dan menolong untuk meringankan bebannya.
Thanks Allah for being me a Moslem. Terima kasih telah memberikan ukhwah indah kepadaku. Terima kasih telah mengenalkannku kepada orang-orang hebat yang mengajarkan arti persahabatan. 
Dulu aku merasa what are friends for? Friends are nothing. But I'm wrong. Saya terlalu hidup dalam keangkuhan. Terlalu riang dalam kesendirian. Menutup mata dan berpikir salah. 
Setelah kurasakan indahnya ukhwah, berkumpul dengan teman-teman, bercanda, berbagi, bahkan bersama bermimpi menjadikan hidupku warna-warni. Mengajakku membuka mata untuk melihat hidup yang lebih berharga.
" Jantung tak berhenti berdetak,  Senyum, tawa dan tangis takkan pernah memudar selama kau terus dihati dan menemani. Love you friends, Love because Allah"

0 comments:

Post a Comment