Pandangan
matanya tertunduk, entah apa yang ada di lantai yang memantulkan wajah malu
dirinya. Aku juga sama hanya bisa tersenyum malu menatap lantai yang
memantulkan wajah pink ku.
“Jadi?” Kata bunda membuyarkan ketegangan diantara kami. “Jadi pak, saya
harap secepatnya” lanjut bunda.
“Iya bu, berarti
tinggal nentuin tanggalnya dan menurut saya semakin cepat semakin baik.” Kata
pak Daud ayah si lelaki.
“Menurut bapak
gimana?” Tanya bunda kepada ayah yang dijawab dengan beberapa anggukan.
“Bagaimana kalo
bulan depan, setelah Ramadhan” usul ayah.
“Insya Allah.”
Jawab pak Danu.
******
Seperti ombak detak jantungku,
itulah yang kurasakan saat Hengki mengkhitbahku. Sesuatu yang tidak pernah
kubayangkan sebelumnya, Apakah ini rahmat atau cobaan dari Mu ya Rabb? ketika
ku bayangkan betapa aku tidak pantas untuk bersanding dengannya membina
keluarga. Aku juga tidak bisa menolak saat ia dan bapaknya datang kerumahku
bahkan aku tidak bisa mengucapkan sepatah katapun hanya bisu memandangi lantai memantulkan
wajah maluku. Apalagi kedua orangtuaku telah terpesona dengan kesantunan,
kelembutan dan kearifan saat pria itu berbicara. Sehingga menurut kedua
orangtuaku Hengki adalah calon menantu yang paling cocok bersanding dengan anak
gadisnya.
“Hufh…”sudah berapa kali aku
menghembuskan nafas ini, entah perasaan bahagia, bingung atau takut semua
campur aduk bagai gado-gado. Seharian pikiranku galau, tetap merasa diri ini
tak pantas mendapat hadiah luar biasa. “Bangun Lia,bangun!!!” pintaku paksa
pada diri yang terkulai diatas tempat tidur. Aku memaksakan diri bangun dari
singasana terempuk menuju kamar mandi untuk berwudhu. “Hanya Dia yang dapat
menolongku.” ujarku dalam hati.
Ya Allah ya Rabb yang Maha membolak-balikan hati, tetapkanlah hati
ini, hanya untuk beribadah kepadMu, jangan biarkan hati ini ragu untuk
mengambil keputusan yang Engkau ridhoi, tunjukkan yang terbaik untuk hambaMu
ini. Hamba tidak ingin salah dalam mengambil keputusan. Apakah ini cobaan dari
Mu? Jika menikah adalah cobaan dari Mu maka kuatkan pundak hamba untuk
memikulnya dan Apabila ini adalah caraMu menyayangi dan untuk menjaga hamba
agar semakin dekat denganmu, maka rahmatilah hamba dan berkahi keluarga yang
akan dibina nanti agar menjadi keluarga yang selalu dibawah naunganMu.
Sore ini, aku memutuskan melihat sunset di tugu khatulistiwa karena disanalah
tempat aku merenung ketika lagi sedih atau bahagia sambil memandangi sungai
kapuas yang tak sejernih dulu lagi.
“Alhamdulillah, sepi” aku bersyukur karena biasanya aku miris melihat
pasangan-pasangan muda yang seharusnya menjaga diri mereka. Mereka bilang
mereka sama-sama cinta dan menjalin hubungan yang namanya pacaran setidaknya
ini adalah masa penjajakan sebelum menikah. Cinta salah kaprah. Mereka sama
sekali tidak mengerti apa itu cinta. Naudzubillah. Seandainya mereka tahu cinta
sesungguhnya lebih indah dari cinta yang mereka rasa yaitu cinta kepada Rabb Maha
Pecinta.
Senja di khatulistiwa sungguh indah, subhanallah hanya Dia yang Maha
Cinta yang dapat menciptakan ini semua. Ya Allah senja hari ini sungguh beda,
warnanya berbeda dengan yang kemarin, hari ini lebih jingga dan cerah. Sungguh
mempesona keindahan bias jingga ciptaan Sang Pencipta. Aku terus berdzikir
dinaungi senja yang memberikan ketenangan dan menghilangkan rasa tidak
kepercayaan bahwa tadi malam aku dikhitbah oleh seorang jundi Allah. Pasti
Allah sedang menghiburku melalui senja
di khatulistiwa.
Sudah sewajarnya setiap wanita yang akan menikah membaca buku tentang
pernikahan karena mereka akan memulai hidup baru. Begitu juga denganku, memperbanyak
membaca buku-buku seri keluarga agar keyakinan untuk menikah semakin mantap. Tapi ada 1 hal membuat hatiku semakin mantap
untuk menuju sakral suci itu yaitu hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh
Tirmidzi:
“Jika kalian didatangi oleh laki-laki yang kalian ridha akan agama dan
akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Jika tidak kalian lakukan, maka akan terjadi
fitnah dimuka bumi ini serta kerusakan yang luas” (HR. Tirmidzi dalam Kitab
An-Nikah”
Aku terus saja bersholawat selesai membaca hadist ini. Rasulullah memang
is the best, beliau telah memikirkan sedetail-detailnya untuk umatnya bahkan
masalah memilih pasangan. Tidak salah jika menjadi idolaku karena hanya
Rasulullah yang menuntunku pada kebaikan dan ketenangan hidup serta cara untuk
meraih surga yang sangat luas dan indah dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
******
Seminggu menjelang ijab, degup jantung semakin kuat berdendang. Ya Allah,
tanda apakah ini? Mengapa jadi nervous begini? What’s going on? Perasaan apa
ini?. Kebingungan bahkan kepanikan serta ketakutan selalu menghantui selama
seminggu ini. Aku takut, aku takut jika ini adalah godaan dari setan terlaknat.
Apalagi langkah yang akan kuambil ini pasti lebih terjal jalannya dan lebih
curam jurangnya. Ya Allah, kuharap ini bukan setan tapi anugerah darimu agar
aku menyempurnakan imanku.
“Tok…tok…tok….Assalamualaikum” terdengar ketukan dan salam dari
luar pintu kamarku, suara lembut yang tidak asing, suara bundaku.
“Waalaikumsalam warohmatullahi wabaroatuh” jawabku sembari berjalan
membuka pintu.
“Bunda boleh masuk?”
Aku tersenyum sebagai tanda bunda boleh masuk kekamarku. Dari wajah bunda
aku yakin ada hal penting yang ingin bunda diskusikan denganku. Sudah menjadi
kebiasaan dirumah selalu musyawarah sebelum mengambil keputusan sehingga tidak
ada yang merasa dirugikan.
“Begini sayang…” bunda mulai membuka pembicaraan. “Ngga terasa seminggu
lagi kamu udah jadi istri orang, tanggung jawabmu juga tambah besar. Engkau
tidak lagi mempunyai satu keluarga yang harus dijaga nama baiknya tetapi
amanahmu bertambah dua keluarga, keluarga kita, keluargamu dan keluarga suamimu”.
“Iya bunda.” Aku merubah posisiu. Kuletakkan kepalaku diatas pangkuan
bunda.
“Bunda ingin engkau kelak menjaga kehormatan tiga keluarga ini apalagi
keluargamu karena kehormatan keluarga terletak pada seorang istri. Jadilah
istri yang sholehah dan buatlah suami selalu ridho padamu” lanjut bunda.
Aku mengangguk dan menatap wajah bunda yang penuh kasih menesehati putri kesayangan
kesayangannya.
“Oh ya…bunda mau memberi sesuatu untukmu”.
“Apa bunda?” tanyaku dengan rasa penasaran bangun dari pangkuan bunda.
“Nih” bunda memberiku sebuah kotak berwarna pink yang diikat dengan pita
pink, apik sekali.
“Boleh lia buka?” tanyaku, dibalas dengan anggukan bunda.
Subhanallah, Alhamdulillah, isinya sebuah kebaya putih. Cantik sekali. Lengan
tangannya panjang, panjang baju hingga lutut dihiasi dengan payet-payet
mengkilap. Baju pengantin yang syar’i, insya Allah tidak tembus pandang
walaupun kain bordir putih tetapi dalamnya ada kain putih lagi. Agak kebesaran
sih, tapi no problem. Kalo agak besar bentuk dan liku-liku tubuhku jadi tidak
nampak.
“Terima kasih bunda, subhanallah indah sekali” ujarku kagum.
“Baju itu memang bunda pesan khusus untuk putri kesayangan bunda”.
Aku memeluk tubuh bunda yang duduk tepat didepanku “Terima kasih, bunda”
Bisikku.
“sama-sama” jawab bunda.
******
Akad nikah tinggal dihitung jam. Jam tiga malam berarti tinggal 5 jam
lagi karena rencana akad nikahku akan dimulai jam delapan pagi ini. Solat malam
dan tilawah cukup menenangkan hati membuatku mantap untuk menatap esok.
Alhamdulillah semakin dekat waktunya, semakin hilang kecemasan, keraguan dan
ketakutan yang kurasa seperti perasaan kala senja di khatulistiwa.
(This story is dedicated to my best friend, Barokallah, jangan pernah ragu)
0 comments:
Post a Comment