RSS

Sunday, August 31, 2014

Kemanakah Ujung Cintamu?

       "Aku tidak ingin menikah" katanya tiba-tiba. Aku terdiam. Rasanya ingin sekali aku bertanya mengapa, tapi hati dan pikiranmu sepakat jika aku harus diam. Biarlah dia menyelesaikan perkerjaannya. Hingga hari ini aku masih berpikir tentang kata yang diucapkannya kemarin. Semoga saja itu hanya gurauan.
       Menikah, sebenarnya aku tidak berani menulis tentang hal ini karena I am still single. Hanya saja pembahasan tentang menikah sudah harus ada pada umurku yang sekarang. Dan aku tidak bisa mengelak saat ditanya "kapan nikah?" karena itu adalah pertanyaan yang wajar. Meskipun aku terkadang sebel juga ditanya kapan menikah? Didalam hati aku hanya bisa mendumel It is not your business. Nanti kalo sudah menikah pertanyaannya lanjut "kapan punya anak? kapan ini.. kapan itu? And you know what, I wanna ask them too "Kapan mati?" Just kidding.
      Yup... terkadang kita hanya bisa melontarkan pertanyaan tanpa memikirkan perasaan yang ditanya. Kita lupa pada konteks "menjaga perasaan". Aku mempunyai beberapa teman yang aku tahu mereka sangat ingin menikah hanya saja they haven't met their soulmate yet. Ketika mereka sudah menetapkan hati ingin menikah, ada saja cobaan hingga mereka batal untuk menikah. Ini disebabkan Mr. X mundur dengan alasan yang membuatku ingin menonjok mereka. Ingin berkhusnudzon tapi hati ini.. ah pria mudahnya kau menilai wanita hanya sebatas fisik mereka. Padahal Allah yang Maha Sempurna saja tidak pernah memperhatikan rupa sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk, rupa dan harta benda kalian, tetapi Allah memperhatikan hati dan amal-amal kalian.~ HR. Muslim 
       Cinta, chemistry, getaran, apakah benar-benar berawal dari rupa. Mungkin sebagian mengatakan hal itu, tetapi sebenarnya itu semu. Aku tidak pernah percaya adanya Love at the first sight. Cinta itu tumbuh karena adanya interaksi. Dan interaksi itu bukan dengan PACARAN apalagi hingga perbuatan ZINA. Na'udzubillah min dzaliik.   Back to the topic. Kemankah ujung cintamu? Aku pernah membaca sebuah undangan yang menuliskan "... kedua mempelai ini untuk menyatukan cinta mereka." Cinta..darimakah cinta itu berasal dan kemankah cinta berujung. Apakah seperti pepatah dari mata turun ke hati, atau... seperti kata-kata yang tertulis diundangan tersebut, cinta berujung ke pelaminan.

Kita mungkin tidak asing dengan kata SAMARA, sering banget kita mengucapkan kata tersebut saat ada teman yang menikah. Semoga kamu menjadi keluarga samara, Sakinah Mawaddah Warohmah.
Ada sebuah pernyataan dari seorang teman, guna penjajakan/pacaran adalah agar kita bisa lebih mengenal yang kelak bakal jadi suami kita.Dengan santai aku membalas perkataanya "menurutmu harus berapa lama kita melakukan penjajakan sampai kita memahaminya"
"Ya..sampai kita yakin" jawabnya.
"Kira-kira berapa lama?" tanyaku lagi.
"Tergantung, bisa cepat bisa lama, sampai kita yakinlah pokoknya"
"Kalo kita ngga yakin-yakin" timpalku.
"Ya..cari yang lain lagi lah"
Aku tersenyum "Kalo caranya seperti itu akan menyakitkan salah satu yang merasa dirugikan"
"Maksudnya?" tanyanya.
"Gini lho..si X melakukan penjajakan dengan si Y. Terus si X merasa tidak cocok dengan si Y, tetapi si Y merasa klop dengan si X. Jika si X memutuskan si Y, menurutmu gimana perasaan si Y?" asumsiku.
"Sakit hatilah"
"Nah..hal itu yang dihindari islam. Menyakiti hati saudaranya sesama muslim" kataku.
"Tapi bukannya kalo taaruf itu juga penjajakan toh" 
"Bedalah.. walaupun sekarang kata taaruf itu sering disalah artikan sebagai pacaran islami. Temanku yang cantik, yang namanya pacaran itu tidak ada dalam islam."
"trus?" tanyanya penasaran.
"taaruf secara harfiah mengenal. Kalo kamu ngga kenal harus taaruf kan? tapi pada proses pernikahan taaruf itu hanya sebatas mengenal nama dan sedikit ciri-ciri apakah itu dari segi fisik atau non fisik, ada juga yang melampirkan foto. Apabila setelah itu kedua orang yang dikenalkan setuju, maka ada lanjutkan proses yang disebut dengan nadzor. Seperti dipertemukan but  tidak hanya berdua layaknya pacaran. Yang nemanin boleh sodara, ustadz atau ustadzah, orang tua, pokoknya harus ada mahram, terutama bagi wanita."
"setelah itu?" tanya temanku semakin penasaran.
"Setelah itu, keputusan ada tangan keduanya. Lanjut pada tahap selanjutnya yaitu khitbah atau kata orang kita khitbah itu lamaran atau tunangan" jawabku.
"Jadi kalo salah satu ngga setuju, ngga ada proses lamaran?
"Yup"
"Kalo gitu kasihan dong dengan yang satunya, sakit hati juga kan?"
"Kecewa itu sunnatullah. Tapi kecewa itu pasti hilang. Percaya pada takdir Allah 'Azza wajalla. Allah pasti punya rencana dan siapa tahu dia yang kamu inginkan bukan berati yang kamu butuhkan. Sebagaimana firmanNya dalam QS. Al-Baqarah: 216, boleh jadi, kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui".
"terus yang harus dilakukan?"
"menjadi lebih taat, meningkatkan kualitas diri, hingga kelak dipertemuakn dengan jodah terpilih"
"tetap harus usaha mengenal juga kan?"
"Ya, tetap minta tolongin untuk ditaaruf lagi. Pokoknya pantang menyerah. Oh ya, lebih baik lagi jika yang mengenalkan adalah orang yang terpercay dan dapat jaga rahasia, agar kecewa dapat diminimalisir" jelasku.
"Fair, aku rasa cara ini memang tepat. Melihat situasi saat ini. Free sex, Married by Accident, suicide, bunuh diri gara-gara cinta ditolak, hingga dukun bertindak."
"Gara-gara. Cinta salah kaprah. ya ujung-ujungnya seperti yang udah kamu sebutkan" kataku mengakhiri diskusi.

      Cinta itu abstrak, dan tidak ada definisi yang tepat apa itu cinta. Tapi sebelum engkau memastikan itu cinta yang harus kamu rasakan adalah SAKINAH. Sakinah itu yang terkadang tidak dirasakan oleh mereka yang memulai dengan pacaran, ini kata seorang Ustadzah saat aku mengikuti kajian  kemuslimatan di kampus. Ada seorang akhwat bertanya mengapa ustadzah? Ustadzah menjawab sakinah itu artinya tenang, dan bagaimana mau tenang belum sah aja sudah merasa ngga tenang. Si dia ngga sms sehari udah dingambekin, bilang selingkuh, ini dan itu. Belum sah saja sudah selisih paham, apalagi jika sudah menikah, kata sang ustadzah. And I do agree with her. Karena banyak teman yang curhat tentang pacarnya selingkuh bahkan ada yang curhat suaminya selingkuh. Belum lagi pacaran buat ketagihan. Ini berasal dari narasumber yang pacaran ya... Menurut salah satu temannku mengapa setelah putus dia cepat dapat pacar baru, karena dulu waktu ada pacar malam minggu ada yang ngapelin, makan ada yang ngingatin, setiap bangun tidur dan kembali tidur lagi ada yang smsin, mau kemana aja ada yang nganterin. Saat udah putus dengan pacarnya, seperti ada yang kurang, dan cara untuk move on yaitu..cari pacar baru.
      Setelah sakinah, maka barulah muncul mawaddah. Mawaddah itu cinta. Kapan mawaddah hadir? mawaddah hadir dari proses khitbah (lamaran) hingga Walimah (pernikahan). Bagi yang memulai dengan proses taaruf, mereka menyimpan rapat rasa cinta itu, mereka tidak ngin jatuh pada cinta tetapi mereka membangunnya. Dibiarkan cinta tumbuh dibalut dnegan ketaatan kepada Allah.  Kesimpulannya, jika pacaran diawali dengan jatuh cinta, tapi kalo secara Islam, kita diajarakan untuk membangun cinta.
      Cinta itu akan terus tumbuh hingga menghadirkan rohmah (kasih sayang). Rohmah inilah kelak yang membuat kehidupan keluarga menjadi langgeng. Memang pernikahan yang diawali dengan pacaran juga pasti ada rohmah, tapi kemanakah kasih sayang diawali pacaran itu berujung. Neraka atau Surga. Kedua orang yang saling bertemu karena Allah, mencintai karena Allah. kemudian mereka saling menyayangi karena Allah, hingga Allah melimpahkan Barokah dalam keluarganya dan finally they reunite in jannah. Mereka berkumpul di surga. Sudah jelas dimana ujungnya, bukan? Ini karena mereka selalu menesahati dalam kebenaran dan kesabaran untuk selalu taat kepada Allah.
      Seperti kata Ustadz Salim A. Fillah, Abu lahab dan istrinya juga langgeng dunia dan akhirat. Dunia sama-sama memusihi nabi, dan di akhirat sama-sama kekal disiksa di neraka. So, kemanakah ujung cintamu?






Wednesday, August 20, 2014

Menunggu Keputusan MK

Hari ini pengumuan MK. Semua dag..dig..dug, termasuk mamak dan bapak. Dari awal sampai akhir mengikuti persidangan gugatan slah satu  capres di MK. Terkadang keduanya berdebat kecil..
Mungkin memang aku yang tidak tahan didepan televisi berlama-lama, atau mungkin jalannya persidangan yang aku rasa agak aneh.
Sebenarnya sih, udah dari awal pilpres ini aneh. Ini pendapat dari pribadiku. Lagipula aku tidak terlalu peduli siapa yang akan jadi presiden, Jokowikah itu.. Prabowokah... aku hanya bisa mendoakan semoga siapa yang terpilih dapat berkontribusi lebih baik dari presiden sebelumnya. Menjadikan Indonesia lebih baik dengan menepati janji-janjinya mereka saat kampanye.
Sebagai warga negara yang tidak boleh ikut mencoblos (ribet sih..aku disuruh kesana-kesini..sedangkan aku tidak tahu tempat yang harus aku tuju). Lagipula pak RT dimana aku bermukim saat itu sama sekali tidak peduli dengan anak kost. Alhasil, mostly anak-anak kos tidak mencoblos.
Kembali bahas tentang pilpres. Mengapa aku bilang aneh? Karena pilpres kali ini adalah pilpres yang saling menjatuhkan antara kedua kubu. Sampai ada yang berani potong k******* . Astaghfirullah, segitu fanatiknya. Belum lagi yang potong ini potong itu. Kata ini kata itu. Sindir ini sindir itu. Weleh-weleh bahkan ada yang bawa sikomo, pilpres kali  ini yang paling sering buat macet.
Well..sekali lagi aku hanya mendoakan. Bukan berarti aku tidak punya pilihan ya, karena pilihan itu hak. Semoga hari ini MK memberikan keputusan yang paling adil. Tidak berpihak pada slah satu capres. Jika itu terjadi..... kita lihat apa yang akan terjadi. :)