RSS

Friday, March 30, 2012

LIFE

If you know life is so beautiful
I’m sure you can’t stop enjoying it
If you know life is so colourful
I’m sure you can paint the beautiful rainbow on it
But if you know it is temporary
And life is not always that you expect
You can’t stop complaining how is it like
Sometimes life is black and white
Sometimes life is grey
Won’t you run from it?
The path we through in is not always straight
The way we have is not always flat
Life is like a wave on the ocean
Sometimes big and high
Sometime small and quite
But behind this, there is a beautiful view
That’s a life we never know how’s life is
We only live and do the best we can
For create a better life we have

Ketika Penat Menyapa

Ladang yang kita garap tak selamanya baik
Tanaman dapat tumbuh subur dan berbuah indah
Terkadang kita harus turun diladang tandus
Membuka lahan dengan banyak hama menyerang
Penatpun dating membuat  semangat kadang pudar
Beban semakin meninggi dan hasil yang diharap
Tak kunjung hadir, meski usaha tak berhenti
Penatpun semakin menyapa dan kadang memaksa
Berhentilah jika kau tak mampu bertahan
Berpikirlah sejenak dan cari udara segar
Penat tak bisa dipaksa dengan semangat membara
Karena bukan buah yang manis dan ranum kau dapatkan
Tetapi buah kekecewaan yang mengarahkan kehancuran
Ketika penat menyapa jangan kau balas dengan keluhan
Balaslah dengan senyuman dan kebijakan
Katakan pada penat “Aku berhenti tapi aku akan kembali”
Pastikan pada penat bahwa ini hanya sejenak
Mungkin saat ini aku gagal dan ladang ini masih gersang
Tapi nanti saat aku kembali
Akan kubawa bibit dan alat terbaik
Untuk menggarap ladang ini kembali

Wednesday, March 14, 2012

Diantara Kita

Diantara kita ada jarak bermil-mil tak terjangkau
Dibatasi oleh benteng-benteng menjulang menggapai langit
Tak terhitung detingan detik disela waktu manusia
Hanya tembikar coklat tebakar, bukti kita pernah bersama
Danau terluas maupun Niagara adalah saksi
Diantara kita sudah putih tak ada garis-garis layaknya kertas tulis
Aku disini dan engkau disana
Diantara kita sudah tak ada rasa
Hanya ada kekosongan yang hampa penuh dengan rekayasa
Senyum kita palsu
Sedih kita juga palsu
Apalah yang ada diantara kita
Diantara kita hanya ada meteran langkah
Penuh manusia yang berwajah seribu

Sunday, March 11, 2012

Jalan Masih Buram

Jalan itu panjang bukan selangkah sampai
Perlu banyak waktu agar sampai tujuan
Kadang kala penuh dengah halang merintang
Membuat hati ciut ingin menyerah
Berhenti sejenak untuk istirahat bukah salah
Namun jangan pernah berhenti melangkah

Jalan  ini masih panjang dan kita belum sampai
Masih banyak likuan, masih banyak rintangan
Ujung belum terpandang, masih buram
Seperti apa akhir tak ada yang tahu
Tak ada yang bisa menebak
Yang ada hanya tetap berjalan

Jalan masih buram kawan
Hanya warna abu-abu yang tampak
Masih ada banyak harapan
Masih dapat melakukan perubahan
Teruslah berjalan, jangan berhenti dipersimpangan

Tuesday, March 6, 2012

Siapa yang salah?

Kenakalan remaja bukanlah masalah baru yang timbul saat ini. Ini adalah permasalahan lama yang tak kunjung ada solusi namun semakin menjadi. Di berita televisi sering tersiar razia anak-anak sekolah yang bolos terjaring oleh polisi pamong praja. Kebanyakan dari mereka ditemukan di warnet dan kafe-kafe lengkap dengan seragam sekolah. Selain itu, tingkah buruk pelajar juga semakin memprihatinkan. Hal ini tampak di jalan-jalan ketika mereka pergi dan pulang sekolah. Hembusan rokok sepanjang jalan, kebut-kebutan dan makian yang akrab terdengar dari mereka. Belum lagi yang membolos hanya untuk ngelem. Ngelem adalah kegiatan yang lagi tren diantara kalangan remaja labil dimana mereka memasukan lem dalam kantong kresek dan menghirupnya. Hal ini membuat kecanduan, ngga beda jauh dari penggunaan NARKOBA. Hanya beda harga, lebih murah. Miris, karena hal ini tidaklah lagi tersembunyi. 

Disekolah, belajar bukanlah lagi prioritas. Hanyalah tempat pelarian dari kebosanan di rumah dan upaya mendapat uang jajan. Jika malas, maka boloslah. Inilah yang diungkapkan salah satu murid  ketika ditanya alasan mengapa dia membolos. Malas ke sekolah?, aneh tetapi bukan ini yang patut kita pertanyakan. Siapa yang salah hingga anak malas ke sekolah? murid? guru? atau orang tua?. Siapa yang salah jika anak bermasalah?

Sering kali orang tua menyalahkan guru dan sebaliknya guru menyalahkan orang tua. Kisah saling menyalahkan yang takkan pernah berakhir melupakan solusi penyelesaian. Saling tuduh dan saling menyerahkan. Sedangkan sang anak semakin  terjerembab dalam lingkaran hitam penuh masalah. Orang tua menyalahkan guru yang tidak baik mengajar dan sebaliknya guru menyalahkan orang tua yang kurang memberi perhatian kepada si anak. 

Tidak ada yang 100 persen benar dan tidak ada 100 persen salah dalam konteks ini. Yang diperlukan hanyalah kesinergisan hubungan antara guru dan orang tua murid. Kerja sama dalam mendidik dan membentuk pribadi anak menjadi lebih positif. Menciptakan hubungan baik antara guru dan orang tua murid dapat berimbas pada proses perkembangan anak. Bukan saatnya mencari siapa yang salah tetap saatnya mencari solusi dari masalah. 

Guru di sekolah hanya mendidik 1/4 dari waktu yang tersedia, sisanya 3/4 adalah jatah orang tua. Dalam waktu 1/4 itu guru harus lebih kreatif dan bijaksana dalam mendidik. Mendidik dengan hati agar siswa-siswa betah dan merasa nyaman dalam belajar. Guru harus membuang aroganisme, menjadi sok garang dan sikap tak peduli. Karena pendidikan kreatif disertai sikap bijaksana lebih membuat siswa semangat dalam belajar dan lebih dalam menghormati guru. Ketika guru mendidik dengan kekerasan maka yang ada bukanlah hormat tapi pemberontakan yang dilakukan oleh siswa. Seperti tak betah belajar di kelas, mencari masalah dan bolos sekolah. 

Sepulang sekolah, tugas orang tua untuk mengontrol anaknya. Orang tua harus lebih hiperaktif, menanyakan apa yang dipelajari, bagaimana dengan sekolah anaknya hari ini, apakah ada PR  dan masih banyak lagi yang membuat anak merasa di perhatikan. Selain itu, orang tua juga harus lebih memperhatikan aktifitas anaknya. Seperti apa temannya bergaul, apa hobbinya atau apa tontonannya. Karena hal-hal seperti teman dan teknologi mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan sikap anak. 

Bukan saatnya saling menyalahkan atau saling menyerahkan tugas. Perkembangan anak adalah tanggung jawab bersama antara guru dan orang tua murid. Untuk orang tua, biasakan cek atau menanyakan tentang guru bagaimana anaknya di sekolah. dan begitu juga guru, jika terjadi hal yang ganjil tampak dari sang anak, segera koordinasikan dengan orang tua. Karena mereka adalah masa depan bangsa. 

Monday, March 5, 2012

Hilang Arah

Membaur bukan melebur
Tiga kata yang bermakna bahwa kita boleh bergabung dengan siapa saja tanpa peduli pekerjaannya, jabatan, elok rupa, penghasilan dan siapa keluarganya. Tetapi kata terakhir seakan memberi penegasan meskipun bergabung jangan pernah melebur. Membiarkan diri terkontaminasi oleh pergaulan. 
Namun sayang, bagi kebanyakan ini hanya teori. Hanya sedikit yang bisa bertahan dalam pergaulan dengan menerapkan istilah membaur bukan melebur.  Sisanya? Memilih untuk membuat grup sendiri, menunjukkan ke eksklusif dan enggan bergabung dengan golongan yang tak seperti. 
Selain itu, ada yang sengaja menginklusifkan diri. Yakin bertahan namun tak mampu mempraktekan teori. Tipe seperti inilah yang sering mentoleransi diri sehingga hilang jati diri. 
Degradasi moral tampak disini. Sedikit demi sedikit perubahanpun terjadi. Kekecewaan semakin menjadi-jadi dan akhirnya memutuskan untuk lari. Orientasi sudah tak seperti dulu lagi. Telah berpindah haluan ingin dicintai dan ingin menyerupai. Lupa akan tujuan utama Ilahi.

Sunday, March 4, 2012

Don’t Judge The God

Sebuah sindiran yang disampaikan oleh Mario Teguh di Golden Way, teguran yang cukup membuat hati ini tersentak “Jangan pernah menyalahkan Tuhan.”

            Hidup adalah sebuah lika-liku. Adakalanya kita berada dipuncak dan bahagia, dan adakalanya pula kita terpeleset jatuh. Terkadang perubahan drastic yang terjadi pada kita ketika kita jatuh. We judge the God. Kita menyalahkan Tuhan atas kejadian yang kita alami adalah kehendak Tuhan. Sehingga kita makin terjerembab kedalam jurang kegelapan tanpa mau mendaki keluar.
            Sadarkah kita? Ketika kita senang, we forgot the God. Kita sibuk dengan kebahagian-kebahagian yang kita alami, sibuk dengan harta, keluarga dan puja. Kita lupa kepada pemberi kebahagiaan, asal-muasal kebahagian adalah darinya Allah Swt.
            Ingatkah kita dengan sebuah cerita keluarga pengembala kambing yang miskin pada jaman Rasulullah. Suami dan Istri yang harus bergantian menggunakan sarung untuk solat. Hingga suatu saat Rasulullah heran melihat lelaki miskin itu selalu pergi sebelum solat berjama’ah selesai dan bertanya kepada lelaki tersebut.
 “Hai pulan, mengapa dirimu tidak pernah menyelesaikan solat berjamaah dan langsung pulang setelah salam?” Tanya Raulullah.
“Maaf ya Rasulullah, sebenarnya aku ingin sekali berlama-lama di rumah Allah ini. Namun apalah daya, keluarga kami hanya memiliki 1 buah sarung dan istriku juga harus solat menggunakan sarung tersebut.”
“Begitukah ceritanya.”
“Ya. Bolehkah aku meminta sesuatu padamu Rasulullah.”
“Apa itu?”
“Doakanlah agar kambing-kambing kami dapat berkembang biak dan aku dapat solat berjamaah seperti layaknya sahabat-sahabat yang lain.”
Rasulullah kemudian mendoakan si lelaki agar diberi keberkahan dalam pekerjaannya sebagai pengembala. Hari demi hari. Bulan demi bulan. Kambing si gembala berkembang biak dengan pesat. Sehingga dia kewalahan mengurusi kambingnya dan mulai menghilang dari shaf solat.
Tibalah saatnya dimana sigembala wajib membayar zakat atas hartanya. Namun, sangat terkejut Rasulullah ketika mendengar lelaki tersebut menolak dan mengatakan kalau semua itu adalah hasil jerih payahnya.
Kembali ke topic awal, begitulah kiranya kita. Kita yang selalu mengeluh dan mengatakan “Mungkin Allah berkehendak beda” adalah alasan untuk menyalahkan Allah atas apa yang di alami. Terus harus bagaimana? Patuhi ketentuan Allah dan syukuri. Syukuri setiap kebahagian yang kita dapatkan dan STOP COMPLAINING.


Seberapa bermafaatkah aku?

*sebuah muhasabah diri

Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)

                Anak kecil selalu dapat menjadi inspirasi dan cermin bagi kita yang lebih tua. That’s why Aku suka banget sama anak kecil and I do love my nephews duo F uno R, Fatir and Faza  panglima serdam dan Ridho panglima Pemda. Walau setiap hari harus buang suara melihat tingkahnya (baru-baru ini melukis spongebob dikamar, membuat error bb, menghabiskan sisa kertas hvs dan lembar data siswa untuk membuat topeng). Tapi sepi juga ngga ada mereka di rumah.
                Sebuah pertanyaan yang diajukan Ridho kepada Mamanya membuatku berpikir, “Ido ni berguna nda mak?”
A Simple question but difficult to answer. Kakakku hanya bisa tersenyum dan menjawab “Kalo Ido nda berguna, mengapa mamak melahirkan ido?”
                Tercengang mendengar pertanyaan keponakan yang satu ini, yang juga membuatku bertanya sudah bergunakah diri ini? Seberapa besar manfaat yang sudah kita berikan kepada keluarga kita orang-orang terdekat disekitar kita dan saudara kita sesama muslim. Kita pasti sudah hafal sebuah hadist yang mengatakan sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.
            Mungkin, kita pernah merasa menjadi orang yang tak berguna, tidak diperlukan dan tidak penting.  Yah..perasaan dimana kita tidak bisa melakukan apa-apa ketika tahu ada saudara kita yang memerlukan bantuan.  Seandainya saja…,jika dulu…, atau mengapa…? Adalah kalimat yang sering kita ucapkan pada kondisi merasa diri tidak berguna atau tidak penting. Kita terus saja mengeluh dan berandai-andai mengapa kita tidak bisa membantu saat kita benar-benar dibutuhkan.
                Sebenarnya mengeluh saat kita kecewa ketika tidak bisa membantu orang lain adalah lumrah. Mengapa? Karena disitulah momentum untuk kita melakukan muhasabah diri. Apakah kita sadar bahwa dengan mengatakan hal-hal tersebut telah membuat kita maju satu langkah, yaitu kita harus mengubah diri kita untuk menjadi lebih bermanfaat. Sebuah sympathy dan empathy terhadap keadaan.   Sebuah awal jika kita dapat memanfaatkannya sehingga kita dapat bermanfaat. Moment dimana kita merasa tidak berguna dan mengolah situasi tersebut menjadi semangat baru.  Pertahankan semangat itu, jangankan biarkan lemau seperti kerupuk. Yaitu dengan membenarkan kata-kata kita. Memanusiawikan sifat ketika diri merasa tak berguna. Selagi sempat, masih ada waktu manfaatkanlah moment-moment dimana kita merasa tak berguna. Karena moment-moment itu akan membawa kita menjadi lebih baik dan berguna.
            Momen itulah yang membuat kita kembali bersemangat untuk mengerjakan impian. Tanggapilah dengan benar moment tersebut.. Dan jangan terus hidup dalam bayang-bayang masa lalu tapi jadikan masa lalu bayangan pendorong untuk hidup lebih baik. Dan pikirkan hari disaat engkau masih bisa bernafas. Hari ini dan esok.


1 + 1 = ?

Ada yang bisa nebak hasilnya? 2, 11, atau…..bukan 2 dan bukan juga 11. Itu semua tergantung mind set (pola pikir) kita bagaimana melihat hasilnya. Jika kita masih menggunakan sudut pandang anak kecil jika ditanya 1 + 1 pasti = 2, tapi ketika SD dan sudah mulai banyak bergaul dengan teman-teman 1 + 1 mungkin saja 11 dengan alasan ngga pake =.
            Pola pikir, adalah salah satu penentu kesuksesan seseorang. Jika orang kreatif dia mempunyai pola pikir yang bercabang-cabang. Banyak sekali alternatif-alternatif pemecahan malasah yang dapat dijadikannya peluang. Masalah bukan membuat dia berhenti berpikir tetapi masalah membuatnya semain berpikir kreatif dan inovatif.
            Orang yang malas berpikir ketika ditanya 1+1 pasti dengan segera meraka menjawab = 2, tetapi orang yang kreatif diakan memberi banyak pilihan jawaban, “2”, “11”, “1000”, “kenyang” dan banyak lagi disertai dengan alasan-alasan yang logis. Contohnya: jika seorang kreatif sedang lapar diberi semangkok bakso kemudian diberi semangkok bakso lagi, mereka pasti akan berpikir 2 x untuk makan semangkok bakso yang baru diberikan? Mengapa?
            Karena mereka berpikir, kalaulah mereka menghabiskan semangkok bakso lagi berarti hidup mereka akan biasa-biasa saja besok. Karena mereka berpikir makan untuk hidup bukan hidup untuk makan. Mereka memilih sabar dan cukup dengan semangkok sebelumnya tetapi mereka menerima semangkok bakso tersebut dengan menjualnya kepada orang lain. Uang hasil dari penjualan bakso tersebut mereka belikan permen dan menjual permen lagi. Dan seterusnya mereka pantang menyerah, karena sabar adalah kunci kesuksesan.
            Bagaimana dengan tipe satunya lagi, orang malas berpikir. Tipe seperti ini pasti akan langsung memakan satunya lagi. Baginya hidup untuk makan. Dapat makan langsung santap. Saat itu memang dia bahagai? Tapi bagaimana dengan besok??
 So, pastikan dirimu adalah manusia berpikir yang kreatif! 

Pesan Bapakku ( Coretan Hidup 3 )

Nasehat Bapak yang kutulis pada 26 Juni 2009 dan baru kutemukan setelah otak atik si Lena alias Leptop Nana. Meskipun yang dicari ngga ketemu tetapi membaca tulisan ini cukup menggetarkan hati, mengingat How care my father about me. 
   Subhanallah, pagi ini terasa begitu indah bagiku. Pagi-pagi aku sudah mendapat pelajaran berharga. Bapak mengingatkan ketika aku meminta ijin untuk pergi ke luar kota bersama teman-temanmu. Bapak juga tidak mengatakan kalau aku tidak boleh ikut, tapi jawaban dari bapak cukup menjawab keraguan hatiku.
      “Ingat identitasmu sebagai muslimah” kata bapak. “kamu adalah seorang muslimah, coba pikir apa yang akan kamu lakukan ketika kamu pergi nanti? Apakah hijabmu masih terjaga?”
       Ya, aku mengerti. Aku seorang muslimah bukan seorang wanita jahiliyah atau muslimah yang bertingkah laku layaknya jahiliyah karena membebek kepada barat yang beredar saat ini. Aku seorang akhwat yang harus menjaga akhlakku dan menjaga hijabku. Aku tidak bisa seenaknya. Jalan-jalan, ketawa-ketiwi bersama teman-teman dan menghambur-hamburkan uang. Lupa akan Allah dan hanya mementingkan kesenangan semata. Ya, aku adalah muslimah dan aku harus mempertahankan izzahku sebagai muslimah.
         Rekreasi memang diperlukan tapi rekreasi yang syar’i. Dimana rekreasi itu merupakan istirahat sejenak dari aktifitas dakwah tetapi lebih meningkatkan keimanan kepada Allah. Rekreasi yang membuat kita semakin dekat dengan Allah. Rekreasi yang membuat kita segar kembali untuk mengemban amanah-amanah dakwah. Rekreasi yang menyegarkan pikiran dan siap berkonstribusi lebih untuk ekspansi dakwah. Itu yang dinamakan rekreasi, bukan senang-senang menghabiskan uang tanpa manfaat malah banyak mudharat.
        Alhamdulillah, Allah masih menjagaku hari ini. Menjagaku dari keinginan hawa nafsuku. Menjagaku agar jauh dari godaan-godaan setan yang terlaknat dan menjaga izzahku sebagai muslimah. Syukron Bapak, atas kebijaksanaan dan nasehatmu. 

SENJA DI KHATULISTIWA

Pandangan matanya tertunduk, entah apa yang ada di lantai yang memantulkan wajah malu dirinya. Aku juga sama hanya bisa tersenyum malu menatap lantai yang memantulkan wajah pink ku.
“Jadi?” Kata bunda membuyarkan ketegangan diantara kami. “Jadi pak, saya harap secepatnya” lanjut bunda.
“Iya bu, berarti tinggal nentuin tanggalnya dan menurut saya semakin cepat semakin baik.” Kata pak Daud ayah si lelaki.
“Menurut bapak gimana?” Tanya bunda kepada ayah yang dijawab dengan beberapa anggukan.
“Bagaimana kalo bulan depan, setelah Ramadhan” usul ayah.
“Insya Allah.” Jawab pak Danu.
******
            Seperti ombak detak jantungku, itulah yang kurasakan saat Hengki mengkhitbahku. Sesuatu yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya, Apakah ini rahmat atau cobaan dari Mu ya Rabb? ketika ku bayangkan betapa aku tidak pantas untuk bersanding dengannya membina keluarga. Aku juga tidak bisa menolak saat ia dan bapaknya datang kerumahku bahkan aku tidak bisa mengucapkan sepatah katapun hanya bisu memandangi lantai memantulkan wajah maluku. Apalagi kedua orangtuaku telah terpesona dengan kesantunan, kelembutan dan kearifan saat pria itu berbicara. Sehingga menurut kedua orangtuaku Hengki adalah calon menantu yang paling cocok bersanding dengan anak gadisnya.
            “Hufh…”sudah berapa kali aku menghembuskan nafas ini, entah perasaan bahagia, bingung atau takut semua campur aduk bagai gado-gado. Seharian pikiranku galau, tetap merasa diri ini tak pantas mendapat hadiah luar biasa. “Bangun Lia,bangun!!!” pintaku paksa pada diri yang terkulai diatas tempat tidur. Aku memaksakan diri bangun dari singasana terempuk menuju kamar mandi untuk berwudhu. “Hanya Dia yang dapat menolongku.” ujarku dalam hati.
Ya Allah ya Rabb yang Maha membolak-balikan hati, tetapkanlah hati ini, hanya untuk beribadah kepadMu, jangan biarkan hati ini ragu untuk mengambil keputusan yang Engkau ridhoi, tunjukkan yang terbaik untuk hambaMu ini. Hamba tidak ingin salah dalam mengambil keputusan. Apakah ini cobaan dari Mu? Jika menikah adalah cobaan dari Mu maka kuatkan pundak hamba untuk memikulnya dan Apabila ini adalah caraMu menyayangi dan untuk menjaga hamba agar semakin dekat denganmu, maka rahmatilah hamba dan berkahi keluarga yang akan dibina nanti agar menjadi keluarga yang selalu dibawah naunganMu.

Sore ini, aku memutuskan melihat sunset di tugu khatulistiwa karena disanalah tempat aku merenung ketika lagi sedih atau bahagia sambil memandangi sungai kapuas yang tak sejernih dulu lagi.
“Alhamdulillah, sepi” aku bersyukur karena biasanya aku miris melihat pasangan-pasangan muda yang seharusnya menjaga diri mereka. Mereka bilang mereka sama-sama cinta dan menjalin hubungan yang namanya pacaran setidaknya ini adalah masa penjajakan sebelum menikah. Cinta salah kaprah. Mereka sama sekali tidak mengerti apa itu cinta. Naudzubillah. Seandainya mereka tahu cinta sesungguhnya lebih indah dari cinta yang mereka rasa yaitu cinta kepada Rabb Maha Pecinta.
Senja di khatulistiwa sungguh indah, subhanallah hanya Dia yang Maha Cinta yang dapat menciptakan ini semua. Ya Allah senja hari ini sungguh beda, warnanya berbeda dengan yang kemarin, hari ini lebih jingga dan cerah. Sungguh mempesona keindahan bias jingga ciptaan Sang Pencipta. Aku terus berdzikir dinaungi senja yang memberikan ketenangan dan menghilangkan rasa tidak kepercayaan bahwa tadi malam aku dikhitbah oleh seorang jundi Allah. Pasti Allah sedang  menghiburku melalui senja di khatulistiwa.

Sudah sewajarnya setiap wanita yang akan menikah membaca buku tentang pernikahan karena mereka akan memulai hidup baru. Begitu juga denganku, memperbanyak membaca buku-buku seri keluarga agar keyakinan untuk menikah semakin mantap.  Tapi ada 1 hal membuat hatiku semakin mantap untuk menuju sakral suci itu yaitu hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Tirmidzi:
“Jika kalian didatangi oleh laki-laki yang kalian ridha akan agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Jika tidak kalian lakukan, maka akan terjadi fitnah dimuka bumi ini serta kerusakan yang luas” (HR. Tirmidzi dalam Kitab An-Nikah”

Aku terus saja bersholawat selesai membaca hadist ini. Rasulullah memang is the best, beliau telah memikirkan sedetail-detailnya untuk umatnya bahkan masalah memilih pasangan. Tidak salah jika menjadi idolaku karena hanya Rasulullah yang menuntunku pada kebaikan dan ketenangan hidup serta cara untuk meraih surga yang sangat luas dan indah dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

******
Seminggu menjelang ijab, degup jantung semakin kuat berdendang. Ya Allah, tanda apakah ini? Mengapa jadi nervous begini? What’s going on? Perasaan apa ini?. Kebingungan bahkan kepanikan serta ketakutan selalu menghantui selama seminggu ini. Aku takut, aku takut jika ini adalah godaan dari setan terlaknat. Apalagi langkah yang akan kuambil ini pasti lebih terjal jalannya dan lebih curam jurangnya. Ya Allah, kuharap ini bukan setan tapi anugerah darimu agar aku menyempurnakan imanku.
Tok…tok…tok….Assalamualaikum” terdengar ketukan dan salam dari luar pintu kamarku, suara lembut yang tidak asing, suara bundaku.
“Waalaikumsalam warohmatullahi wabaroatuh” jawabku sembari berjalan membuka pintu.
“Bunda boleh masuk?”
Aku tersenyum sebagai tanda bunda boleh masuk kekamarku. Dari wajah bunda aku yakin ada hal penting yang ingin bunda diskusikan denganku. Sudah menjadi kebiasaan dirumah selalu musyawarah sebelum mengambil keputusan sehingga tidak ada yang merasa dirugikan.
“Begini sayang…” bunda mulai membuka pembicaraan. “Ngga terasa seminggu lagi kamu udah jadi istri orang, tanggung jawabmu juga tambah besar. Engkau tidak lagi mempunyai satu keluarga yang harus dijaga nama baiknya tetapi amanahmu bertambah dua keluarga, keluarga kita, keluargamu dan keluarga suamimu”.
“Iya bunda.” Aku merubah posisiu. Kuletakkan kepalaku diatas pangkuan bunda.
“Bunda ingin engkau kelak menjaga kehormatan tiga keluarga ini apalagi keluargamu karena kehormatan keluarga terletak pada seorang istri. Jadilah istri yang sholehah dan buatlah suami selalu ridho padamu” lanjut bunda.
Aku mengangguk dan menatap wajah bunda yang penuh kasih menesehati putri kesayangan kesayangannya.
“Oh ya…bunda mau memberi sesuatu untukmu”.
“Apa bunda?” tanyaku dengan rasa penasaran bangun dari pangkuan bunda.
“Nih” bunda memberiku sebuah kotak berwarna pink yang diikat dengan pita pink, apik sekali.
“Boleh lia buka?” tanyaku, dibalas dengan anggukan bunda.
Subhanallah, Alhamdulillah, isinya sebuah kebaya putih. Cantik sekali. Lengan tangannya panjang, panjang baju hingga lutut dihiasi dengan payet-payet mengkilap. Baju pengantin yang syar’i, insya Allah tidak tembus pandang walaupun kain bordir putih tetapi dalamnya ada kain putih lagi. Agak kebesaran sih, tapi no problem. Kalo agak besar bentuk dan liku-liku tubuhku jadi tidak nampak.
“Terima kasih bunda, subhanallah indah sekali” ujarku kagum.
“Baju itu memang bunda pesan khusus untuk putri kesayangan bunda”.
Aku memeluk tubuh bunda yang duduk tepat didepanku “Terima kasih, bunda” Bisikku.
“sama-sama” jawab bunda.

                                                ******
Akad nikah tinggal dihitung jam. Jam tiga malam berarti tinggal 5 jam lagi karena rencana akad nikahku akan dimulai jam delapan pagi ini. Solat malam dan tilawah cukup menenangkan hati membuatku mantap untuk menatap esok. Alhamdulillah semakin dekat waktunya, semakin hilang kecemasan, keraguan dan ketakutan yang kurasa seperti perasaan kala senja di khatulistiwa.

(This story is dedicated to my best friend, Barokallah, jangan pernah ragu)

Bicara tentang wanita

"Seorang wanita mengayun anak dengan tangan kirinya dan mengubah peradaban dengan tangan kanannya" (Labibah Ahmad)
Karena aku seorang wanita. Bicara tentang wanita adalah sesuatu yang aku sukai. Wanita begitu menyimpan banyak pesona untuk diceritakan. Begitu juga problema. Itulah wanita. Indah dan lembut namun dibalik itu ia berkiprah sebagai tombak perubahan peradaban dunia.
Bicara tentang pesona akan kecantikan sebagai berkah untuknya. Ditambah keimanan yang terpancar melalui wajah yang kadang kala tampak lesu karena amanah. Namun wanita-wanita ini tetap tersenyum menjalankan semua. Dengan senyum diajaknya bicara si kecil. Dengan senyum melihat si kecil yang bawel. Dengan senyum dan ramah megajarkan anak-anaknya. Wanita yang selalu ingin tampak cantik hanya didepan sang suami tercinta. Meski lelah tetap melayani. Dan wanita-wanita yang menjadikan hidup dalam naungan ibadah.
Bicara tentang wanita, bukan hanya pesona tetapi juga problema. Aku miris ketika mendengar seorang wanita yang rela membunuh anaknya hanya karena lilitan hutang. Seorang wanita yang menghabiskan malam demi segepok uang. Menjadikan tubuh indah sebagai nafkah. Wanita-wanita yang bergoyang dalam gemerlap lampu disko. Wanita yang menghabiskan waktunya dimeja judi ditemani botol-botol wiski. Dan wanita-wanita yang hidup dalam tawa ghibah.
Bicara tentang wanita, maka bicara keputusan. Wanita yang hebat adalah wanita yang dapat membuat keputusan untuk jalan hidupnya. Wanita yang bermimpi besar tanpa harus mengorbankan pesona sejati. Wanita yang tak menyerah pada nasib.
Ah.. wanita begitu banyak cerita. Seharian takkan habis jika harus bicara tentang wanita. Dari pesona hingga problema. Asal keputusasaan bukanlah tujuan, engkau tetap wanita pujaan jaman.

Saturday, March 3, 2012

Coretan Hidup 2

"Adek" panggil kakakku dan mulai jalan mendekati. "Gimana?" lanjutnya bertanya.
"Gimana apanya" Bingungku garuk-garuk kepala
"Udah ada blom jodohnya?"

TUINGGG, lagi-lagi about JODOH. Setiap kali kumpul bareng kakak-kakakku dan juga seorang abangku di malam minggu, pasti deh adiknya jadi bahan sakatan. Nasib jadi anak bungsu yang beda 10 tahun dari kakak tutup bungsu. Always be their little sister yang lucu kalau malu pasti nutup muka pake buku. Ujung-ujungnya jadi ajang pencarian jodoh dan perencanaan pernikahan. Yang diakhiri dengan pertanyaan "orangnye mau ke tadak?"
Please deh, kak nia, kak evi dan bang yudi.. don't force me but support me to find the best man that I want. A man who is good in ISLAM. A man who can be a leader of SHOLAT. A man who is not shy to join in this family. I remember an advice from our mother " Look for a man who not only marry you but also marry your family".

Sudah 7 bulan aku wisuda dan SIM juga udah ditangan. Tapi masalah jodoh? Kuserahkan pada Allah. At least I try to talk to my Murobbi and give my proposal. For that, I've got their agreement. Setidaknya gurauan kali ini bertambah " Dek, udah ta'aruf k? kalo blom kakak ade calon ni?" (Cara menghindari pertanyaan ini adalah pasang headset setiap malam minggu)  :D
Ah... my family. I love them. Thanks Allah for being me as a member in this family.

Thursday, March 1, 2012

Rangkaian Kata untuk Allah

Ku terdiam lagi kali ini. Tak keluar sepatah kata pun dari bibir yang sedari tadi basah oleh dzikir mengingat Nya. Kedua tangan masih tetap dalam posisi berdoa tetapi bibir tetap beku tanpa kata. Lima menit berlalu namun posisi tetap sama. Hanya hati yang berbicara "maafkan aku ya Allah". Lagi dan lagi deretan kata itu terucap dari hati seolah tak ada bahasa lagi yang ingin melengkapi. Menit berlalu lagi bersama mutiara bening dari indra penangkap cahaya. Hingga doa ditutup.
Sebuah pen tegak dipeluk jemari tangan. Siap meretas kata-kata dilembaran putih. Namun kembali lagi ke situasi dimana otak turut membeku dan hati yang memberi perintah ke jemari untuk menuliskan "maafkan aku ya Allah". Hanya itu yang terpikirkan ketika ingin merangkai kata untuk Nya.
Ternyata merangkai itu susah. Sewaktu kecil kita disuruh merangkai oleh bu guru. Tegak miring tulisan di lembaran bergaris tiga penuh coretan dan kumal karena penghapus. Tapi kita terus berusaha menulis sebaik mungkin agar dapat nilai terbaik dari sang guru. Merangkai kata-kata  menjadi bait kalimat indah dan mempesona. Semua demi nilai. Nilai yang dapat di banggakan.
Bagaimana dengan rangkaian untuk Sang Pencipta. Yang memberikan kemampuan kepada kita untuk menggerakkan jemari ini untuk merangkai kata. Yang memberikan ide menyusun kata demi kata menjadi rangkaian indah penuh makna. Yang memberikan nilai tinggi melalui guru-guru kita.
Dia yang mengajarkan kita merangkai tetapi tahukah kita bukan rangkaian kata yang Ia butuhkan. Allah tidak memerlukan kata-kata manis. Allah hanya ingin kita tak lupa dengan Nya. Selalu mengingatnya. Allah juga tak mengharapkan rangkaian kata indah. Allah hanya ingin kita jujur kepada Nya. Allah Maha Memudahkan. Maka bahasa apapun akan Ia terima. Tak perlu rangkaian kata. Hanya doa sejujurnya dari hati. Meskipun hanya rangkaian kata "Maaf ya Allah" tapi tulus dari hati maka itulah yang disukai oleh Nya.